Mutiara Widiawati: Menjahit Mimpi lewat Catur dan Tata Busana

Nama Mutiara Widiawati—akrab disapa Mutia—kini tercatat sebagai mahasiswi baru Program Studi D4 Tata Busana UNY. Gadis asal Jetis Sumuran, Palbapang, Bantul ini merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Lulusan SMK N 1 Pandak itu berhasil menembus UNY melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Ayahnya, Suparjo, bekerja sebagai buruh, sementara ibunya, Suratmi, adalah ibu rumah tangga. Dari enam bersaudara, salah satu kakaknya juga pernah menimba ilmu di UNY.

Perjalanan Mutia menuju dunia busana tidak serta-merta mulus. Saat awal menempuh pendidikan di SMK, ia merasa kesulitan terutama dalam menggambar. “Saya sama sekali tidak punya dasar menggambar,” kenangnya. Namun, dorongan orang tua dan tekad untuk bertahan membuatnya terus beradaptasi. Seiring waktu, ia mampu menguasai keterampilan menggambar, jatuh cinta pada dunia desain busana, dan akhirnya mantap melanjutkan studi di bidang yang sama di bangku kuliah.

Tidak hanya berprestasi di dunia akademik, Mutia juga menorehkan pencapaian gemilang di bidang catur. Kegemarannya bermula sejak kecil, ketika ia sering menemani kakaknya bermain di rumah. Meski kerap kalah saat mengikuti lomba sejak kelas 2 SD, kegigihan Mutia justru tumbuh dari pengalaman itu. Titik baliknya datang di kelas 5 SD ketika ia berhasil meraih gelar juara untuk pertama kali. Sejak saat itu, prestasi demi prestasi terus mengalir. Deretan penghargaan Mutia antara lain Juara 1 Catur Kilat Putri POR Pelajar 2023 tingkat kabupaten, Juara 1 Catur Kilat Putri POR Pelajar 2024 tingkat kabupaten, Juara 3 Catur Cepat Putri 2024 tingkat kabupaten, Juara 3 Catur Kilat Beregu Putri 2024 tingkat provinsi dan Juara 2 Kejurda Catur Junior A 2025 tingkat daerah. Tak hanya itu, Mutia juga aktif di Sanggar Sastra Mangir (2023–2024) dengan fokus pada kegiatan karawitan dan geguritan. Aktivitas ini memperkaya dimensi dirinya: tak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga berbudaya.

Berkat Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK), Mutia bisa lebih tenang menempuh studi tanpa terbebani persoalan biaya. “KIPK sangat membantu, terutama bagi mahasiswa kurang mampu seperti saya. Beban finansial berkurang, semangat kuliah bertambah, dan saya bisa lebih fokus mewujudkan mimpi,” tuturnya penuh syukur.

Mimpi yang ia maksud tidak kecil. Mutia ingin membangun brand busana sendiri, sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa. “Di desa saya masih banyak orang yang butuh pekerjaan. Suatu saat, saya ingin menciptakan usaha yang bisa bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya penuh optimisme.

Penulis
Vicky Sa'adah
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU