MAHASISWA SOSIOLOGI AJARKAN MATERI REKAYASA KELISTRIKAN DI SEKOLAH DASAR

1
min read
A- A+
read

MAHASISWA SOSIOLOGI AJARKAN MATERI REKAYASA KELISTRIKAN DI SEKOLAH DASAR

Program Kampus Mengajar (KM) merupakan program unggulan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang digagas sebagai upaya menyelamatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar. Program ini menyeleksi 7000 mahasiswa terbaik Indonesia untuk didelegasikan ke Sekolah Dasar (SD) yang belum terakreditasi dan di wilayah 3T (Terdepan Terluar Tertinggal). Salah satu mahasiswa terpilih dalam seleksi program Kampus Mengajar adalah Embun Ayudya, mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Pada program ini Embun didelegasikan di SD IT Maarif NU Gantiwarno Klaten Jawa Tengah. Di sekolah ini Embun menjalankan visi dari program Kampus Mengajar yakni implementasi literasi numerasi, adaptasi teknologi, dan bantuan administratif.

Embun mengajar kelas 3 dan 4 dengan model pembelajaran kontektual dan inovatif. Salah satu kegiatan pembelajaran inovatif yang diterapkannya adalah upaya penerapan kontekstual materi kelistrikan dengan membuat rekayasa listrik sederhana di kelas 4. Berkolaborsi dengan mahasiswi Pendidikan Fisika UAD, Dwi Wahyuningtyas untuk menerapkan materi kelistrikan dengan kolerasi tematik Energi dan Perubahannya, pelaksanaan kegiatan dimulai dengan menyiapkan bahan baku praktikum kelistrikan, model seri 1 saklar dengan 2 lampu, kardus bekas, baterai, dan kabel sederhana. Awal pembelajaran diberikan contoh model seri listrik yang harus disusun. Dengan model seri Embun mengajak siswa untuk mengimajinasikan bagaimana aliran listrik dapat membuat lampu menyala dan menjelaskan perubahan energi kimia (baterai) menjadi listrik kemudian cahaya pada praktikum yang dilakukan. “Eksperimen materi sains membuat siswa lebih memahami materi  secara konteksual, siswa dapat mengimplementasikan imajinasinya dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas melalui eksperimen ini” paparnya

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kelompok dalam 1 kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Siswa sangat antusias dalam merangkai seri meski merasa kesulitan. Embun dan Tyas tidak terlalu banyak melibatkan diri pada proses praktikum siswa, hal ini ditujukan agar siswa memiliki daya problem solver yang tinggi dengan melakukan banyak trial and error. “Saya membiarkan siswa mengeksplor semua keingintahuan, kreatifitas dan kerjasama dengan sistem kelompok, dan demokrasi untuk dari diskusi yang mereka lakukan, hal ini juga mendukung program kampus mengajar yakni profil pelajar pancasila” kata Embun. 

Setelah semua kelompok berhasil menyalakan lampu dari rangkaian listrik yang mereka buat, Embun meminta setiap kelompok menyampaikan analisis seperti penyebab lampu tidak menyala, penyebab lampu hanya menyala salah 1 dan pertanyaan cause and effect yang mendukung daya kritis siswa. Meski berlatar belakang ilmu sosial Embun mampu menerapkan pembelajaran IPA sederhana dengan baik. “Dengan kegiatan presentasi, kami sebagai pengajar dapat melihat bagaimana siswa memahami materi secara utuh, juga belajar untuk percaya diri dengan berbicara dan memaparkan hasil kerjanya” tutup Embun. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)