Sektor infrastruktur yang merupakan salah satu program pemerintah tidak saja bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi, tetapi juga mampu mengembangkan peradaban manusia di seluruh daerah. Infrastruktur sendiri merujuk pada seperangkat elemen struktural yang mendukung fungsi kehidupan sehari-hari, serta memberikan pengarus besar terhadap kemajuan masyarakat. Infrastruktur merupakan komponen penting dari daya saing nasional dalam meningkatkan kemajuan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Tantangan bidang infrastruktur hari ini adalah mengacu pada program berkelanjutan terkait perancangan, pembangunan, dan pengoperasian elemen-elemen struktural dengan tidak mengurangi proses sosial, ekonomi dan ekologis yang diperlukan untuk memelihara kesetaraan manusia, keanekaragaman, dan fungsionalitas sistem alam. Terlebih, ekspansi infrastruktur sering kali mengorbankan lingkungan setempat, serta berpengaruh pada perubahan iklim.
Menjawab tantangan ini, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan The 2nd International Conference on Sustainable Infrastructure (ICSI 2019) di Hotel Eastparc (28/10/2019) dengan tema “Innovation and Challenges for Infrastructure Development”. Dr. Ing Satoto Endar Nayono selaku Ketua Panitia ICSI 2019 menuturkan bahwa agenda ini fokus pada keberlanjutan lingkungan dalam lingkup pembangunan infrastruktur dengan menghadirkan berbagai hasil penelitian demonstrasi dan aplikasi yang relevan untuk berkontribusi terhadap daya saing bangsa dan kesejahteraan masyarakat terkait pembangunan infrastruktur.
Tiga pembicara utama dihadirkan dalam konferensi ini, yaknik Prof. Madya. Dr. Zainal Abidin Akasah dari Department of Architecture, Faculty of Civil Engineering & Built-Environment, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Prof. Teuku Faisal Fathani, Ph.D. dari Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan Prof. YAN Denghua dari Institute of Water Resources and Hydropower Research (IWHR), China.
Prof. Madya. Dr. Zainal Abidin Akasah mempresentasikan mengenai visualisasi sistem beban angin 3-d dalam desain hijau bambu berkelanjutan sebai tempat tinggal pasca bencana. Sementara itu Prof. YAN Denghua mempresentasikan tentang teknologi konservasi tanah dan air.
Dalam seminar ini, Prof. Teuku Faisal Fathani mendemonstrasikan inovasinya alat-alat deteksi dini multi-bencana mulai dari generasi pertama hingga kini telah lahir generasi ke-5 yang dinamakan Gadjah Mada Early Warning System atau GAMA-EWS. Sekitar 35 varian alat deteksi dini bencana seperti exstensometer, crackmeter, tiltmeter, inclinometer, raingauge, ultrasonic waterlevel sensor, LIDAR waterlevel sensor, groundwater sensor, serta automatic weather observation system (AWOS) telah dilindungi dengan 5 paten. (hryo)