Gamelan Jawa Bertemu Musik Tradisional Perancis dalam Program Inovasi Seni Nusantara

Upaya pelestarian seni tradisional kini tidak lagi berhenti pada konservasi, tetapi bergerak ke arah inovasi dan kolaborasi lintas negara. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bersama Komunitas Gayam 16 Yogyakarta dan University of Poitiers, Perancis, menghadirkan hibridasi gamelan Jawa dan musik tradisional Perancis melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 yang didukung Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Program PISN yang diluncurkan melalui laman BIMA ini bertujuan mendorong pengembangan seni lokal agar memiliki dampak sosial dan ekonomi, sekaligus memperkuat posisi seni tradisi Indonesia dalam percakapan global. Dalam program tersebut, UNY mengusung kegiatan bertajuk Digitalisasi Hibridasi Gamelan Jawa dan Musik Tradisional Perancis sebagai Inovasi Musik Tradisional Nusantara yang Adaptif.

Ketua kegiatan, Prof. Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd., menegaskan bahwa kolaborasi ini dirancang sebagai ruang dialog budaya yang setara. “Kami tidak sekadar menggabungkan dua jenis musik, tetapi mempertemukan dua tradisi dengan latar budaya yang berbeda untuk saling belajar. Gamelan Jawa dan musik tradisional Perancis diposisikan sejajar, dengan tetap menjaga karakter dan identitas masing-masing,” ujarnya, Selasa (23/12).

Tim pelaksana program terdiri atas dosen dan mahasiswa UNY lintas jenjang, didukung dosen PGSD UPI Tasikmalaya serta akademisi University of Poitiers, Perancis. Mereka bermitra dengan Komunitas Gayam 16, sebuah komunitas musik Yogyakarta yang dikenal aktif dalam pengembangan dan pertunjukan musik tradisi di tingkat nasional dan internasional.

Pemilihan Gayam 16 sebagai mitra didasarkan pada pengalaman dan profesionalitas komunitas tersebut. Berawal dari jejaring seni yang tumbuh di lingkungan Radio Geronimo Yogyakarta, Gayam 16 berkembang menjadi komunitas yang konsisten menggarap musik tradisi dalam berbagai format kolaboratif.

Kolaborasi antara UNY dan University of Poitiers sejatinya telah terjalin sejak 2014. Kerja sama tersebut melahirkan sejumlah pentas kolaborasi, di antaranya pada 2019 yang memadukan musik tradisional Perancis dengan angklung, serta pada 2024 yang menampilkan perpaduan gamelan Jawa, musik tradisional Perancis, dan keroncong. Pengalaman inilah yang menjadi fondasi kuat bagi program PISN 2025.

Repertoar utama yang digarap dalam program ini adalah musik tradisional Perancis berjudul Avant Deux Du Pere Aux Louis Dor Et De Bregeon. Karya tersebut kemudian diolah melalui pendekatan hibridasi dengan gamelan Jawa gaya Yogyakarta menggunakan gamelan berlaras pelog milik Komunitas Gayam 16.

Prof. Kun menjelaskan, penggarapan dilakukan dengan metode bertahap agar tidak menghilangkan karakter asli musik. “Musik tradisional memiliki pakem yang harus dihormati. Tantangannya justru bagaimana menghadirkan inovasi tanpa merusak struktur dan nilai yang sudah ada,” katanya.

Putri, Partnership Coordinator & Institutional Liaison Gayam 16, menyatakan bahwa Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 memberikan manfaat signifikan bagi komunitasnya. Melalui program ini, Gayam 16 memperoleh ruang kolaborasi untuk mengembangkan musik tradisi dalam konteks yang lebih luas dan setara bersama Universitas Negeri Yogyakarta dan University of Poitiers, Perancis.

Menurut Putri, proses pertemuan gamelan Jawa dengan musik tradisional Perancis menjadi sarana pembelajaran bersama yang memperkaya perspektif artistik komunitas. Selain proses kreatif, dukungan sarana dari PISN juga berkontribusi langsung terhadap peningkatan kualitas latihan, produksi, dan dokumentasi karya.

“Program ini tidak hanya memperkuat kapasitas internal Gayam 16, tetapi juga memperluas jejaring dan membuka peluang kolaborasi ke depan,” tuturnya. Sejumlah responden menilai, melalui PISN, Gayam 16 semakin dikenal di kalangan akademisi seni, mahasiswa, dan praktisi musik, sekaligus menjadi media pengenalan yang efektif melalui praktik dan diskusi artistik langsung.

Program hibridasi ini sejalan dengan Rencana Induk Riset Nasional 2045 dan agenda penguatan budaya nasional. Melalui kolaborasi lintas negara, gamelan Jawa tidak hanya dipertahankan sebagai warisan, tetapi juga diperkenalkan sebagai karya seni yang adaptif dan relevan dalam konteks global.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat
IKU 6. Program Studi Bekerjasama dengan Mitra Kelas Dunia
IKU 8. Program Studi Berstandar Internasional