FT UNY JUARA II LKTI NASIONAL ANIMAL SCIENCE USU COMPETITION (ASUSCO)

Tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta menjadi Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional Animal Science USU Competition (ASUSCO) 2019 yang diselenggarakan di Universitas Sumatra Utara pada akhir Februari lalu.  Tim ini beranggotakan Dwi Arianto dari Program Studi Teknik Mesin, M.Garin Alkaustar dari  Pendidikan Teknik Mekatronika, serta Ardi Jati Nugroho, Pendidikan Teknik Mesin.

ASUSCo 2019 adalah Ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional yang bertemakan “Peran Generasi Muda Dalam Sektor Peternakan Sebagai Upaya Mewujudkan SDG's 2045”. Sedangkan subtema lomba ini antara lain Teknologi dan Inovasi Pasca Panen, Kesehatan Ternak, Energi Terbarukan dan Ramah Lingkungan, Ketersediaan Pakan, Ekonomi Kreatif, Peningkatan Produksi Ternak dan Teknologi Dalam Bidang Industri Peternakan.

Dalam kompetisi ini, Dwi Arianto  dan timnya mengusung Smart Cage For Future Eggs. Menurutnya inovasi ini berfungsi sebagai pengontrol suhu pada kandang ayam. “Dengan alat ini, kami berusaha mempertahan suhu normal secara otomatis sehingga sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan ayam petelur,” ujar Dwi.

Latar belakang pembuatan alat ini karena berdasarkan pengamatan timnya suhu dan kelembapan sangat menentukan dengan  memperhatikan kedua faktior tersebut pada saat brooding dengan tujuan tentu agar si ayam nyaman sehingga produktivitasnya optimal. “Bila suhu terlalu panas, ayam bisa stress atau sering dikenal dengan heat stress” lanjutnya.

Lebih jauh Dwi menjelaskan bahwa Komponen alat ini terdari dari mist maker yang terinegrasi dengan panel surya dan Arduino serta sensor suhu LM35.

“Cara kerja alat kami adalah ketika sensor mendeteksi suhu kandang diatas batas yang ditentukan maka mist maker akan menyemprotkan kabut air untuk menurunkan suhu,” beber Dwi.

Dwi menambahkan bahwa keunggulan alat yang ia buat bersama timnya adalah tidak memerlukan instalasi listrik karena sudah dilengkapi dengan panel surya untuk suplai energi.  “Kondisi kami sesuikan dengan lokasi kandang yang biasanya terletak di daerah terpencil, jauh dari pemukiman warga.

Dwi bersama timnya berharap invoasi yang mereka buat bisa benar-benar dimanfaatkan oleh warga terutama peternak ayam. “Namun kami perlu mengkaji terlebih dahulu terkait dampak pada ayam bila mendapat paparan air secara terus menerus dengan sistem kabut air ini,” terangnya. (hryo)