FMIPA UNY menyelenggarakan 2 seminar internasional sekaligus The 7th International Seminar on Innovation in Mathematics and Mathematics Education (ISIMMED) dan 29th Asian Technology Conference on Mathematics (ATCM). Seminar dilaksanakan 4 hari 8-11/12/24 di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY dan kampus FMIPA. Seminar diikuti oleh peserta dan pembicara dari 17 negara.
Pembicara ISIMMED Fugo Takasu dari Nara Women University, Japan, Endah Retnowati (UNY), dan Nur Insani (RMIT University Australia) dll. Sedangkan untuk pembicara ATCM diantaranya adalah Wei-Chi Yang dari Radford University USA, Alasdair Mc Anrew (Victoria University Australia), Paul Sabatier ( University Toulouse Perancis, Keng Cheng Ang (NIE / Nanyang Technological University Singapore dan para pembicara lain dari Philipina, India, Taiwan, serta Portugal.
Dalam sambutan pembukaan Rektor UNY Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., AIFO, yang dibacakan oleh Direktur Perencanaan dan Keuangan UNY, Prof. Dr. Heri Retnawati, M.Pd., mengatakan, kehadiran anda mencerminkan dedikasi global untuk memajukan bidang matematika dan pendidikan matematika melalui inovasi dan kolaborasi. Konferensi bersama ini mempertemukan beragam komunitas guru, akademisi, peneliti, dan siswa untuk berbagi pengalaman di kelas, ide inovatif, dan kemajuan dalam penelitian dan teknologi, termasuk penggunaan alat mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI) dalam matematika dan pendidikan matematika. “Konferensi bersama ini merupakan platform untuk menyebarluaskan praktik terbaik, mendorong kolaborasi untuk penelitian masa depan, dan membangun kemitraan kreatif lintas negara dan budaya. Rektor menekankan bahwa acara seperti ini sangat penting untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kerja sama global, dan menjembatani perbedaan budaya melalui matematika, pendidikan matematika, dan kemajuan teknologi. Ia mendorong semua peserta untuk membangun kolaborasi yang lebih kuat dan mengeksplorasi cara untuk mengintegrasikan praktik inovatif ke dalam kelas di seluruh dunia”, lanjutnya.
Sementara itu Prof. Emiritus Wei-Chi Yang (Ketua ATCM) mengatakan, masalah di AS, banyak universitas tidak memahaminya dan ada yang salah dengan universitas yait umemangkas gelar matematika: Ph.D., B.S. pada tahun 2024. Siswa tidak dapat mengerjakan aljabar sederhana atau matematika remedial sebelum masuk perguruan tinggi. Kita harus memikirkan ulang (merevolusi) kurikulum matematika kita. Jika tidak, banyak program dapat dijalankan secara robotik atau oleh AI.“Kurikulum harus memungkinkan siswa menemukan lebih banyak matematika melalui eksplorasi. Bagaimana, kapan, dan komponen teknologi apa yang kita perkenalkan ke dalam kurikulum tradisional kita? Perlu menarik siswa terbaik untuk menjadi guru matematika masa depan, meningkatkan pengetahuan konten dan gaji mereka terlebih dahulu”, tegasnya.
Wei-Chi Yang menambahkan, sesuatu untuk direnungkan tentang ATCM yaitu membangun sesuatu yang berdampak butuh waktu puluhan tahun, tetapi kita bisa langsung kehilangannya. Jadi mohon terus mendukung ATCM. ATCM tidak akan kecewa setelah kehilangan hampir semua sponsor komersial dan kehilangan guru yang didukung oleh mereka (CASIO, HP, dan TI.) Mereka tidak mengikuti perkembangan alat teknologi. Mereka peduli dengan penjualan dan keuntungan mereka. Tetapi ATCM akan terus berlanjut karena kita membuat tujuan yang baik. Konten kreatif tidak boleh menjadi alat yang bergantung pada mesin komputasi.