Dosen UNY Menyebarkan Bahasa Indonesia di Wellington

Ari Kusmiatun mengajar gamelan di Wellington

Ada banyak cara menunjukkan rasa cinta pada Indonesia, salah satunya adalah dengan mengenalkan bahasa kebanggaan Bahasa Indonesia di seluruh dunia. Itulah yang dilakukan oleh Dosen Fakuktas Bahasa Seni dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta Dr. Ari Kusmiatun yang tengah berada di Wellington, Selandia Baru dalam rangka mengemban tugas dari Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa (Pustanda), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. Salah satu program Pustanda adalah mengirimkan para pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dalam rangka menduniakan Bahasa Indonesia.

Di Selandia Baru cukup banyak orang Indonesia, baik yang studi lanjut maupun tinggal bekerja di sini. Bahkan, budaya Indonesia berkembang dengan baik di sini. Salah satunya adalah dengan adanya kelas Gamelan di Victoria University Wellington dan komunitas gamelan Padhang Moncar. Namun sayangnya, BIPA belum berkembang baik di negeri kiwi ini. “Ini sebuah perjuangan bagi saya untuk mulai mengenalkan bahasa Indonesia di Wellington. Di Auckland pernah ada kelas bahasa Indonesia tapi lembaga pengajaran BIPA di Selandia Baru masih belum berkembang. Di Wellington, ini seperti babat alas, membuka jalan mengenalkan BIPA di negeri ini,“ kata Ari Kusmiatun, Kamis (22/8).

Minister Cousellor Kedutaan Indonesia di Wellington yang merupakan Koordinator Bidang Informasi dan Sosial Budaya, Tumpal M.H. Hutagalung menyebutkan bahwa pihak KBRI Wellington dengan dukungan Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook, dan Niue Fientje Maritje Suebu, sangat mengharapkan adanya kerja sama dengan Pustanda terkait BIPA. “Hal ini akan membantu pengenalan Indonesia pada masyarakat di Selandia Baru karena dalam pembelajaran BIPA terdapat unsur sosial budaya yang terintegrasi” tegas Tumpal M.H Hutagalung. Bahasa Indonesia menjadi salah satu unsur menarik dan ikonik bangsa Indonesia.

Joe Clifford, pegawai di Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru, merupakan salah satu peserta kursus BIPA yang diselenggarakan KBRI Wellington menyatakan bahwa adanya kelas BIPA di KBRI akan membantu hubungan dua negara. “Saya pikir kelas bahasa Indonesia di KBRI sangat penting. Saya mau terus belajar Bahasa Indonesia tapi saya tidak bisa menemukan kelas di Wellington sebelumnya. Kelas ini membantu saya praktik dan mengerti lebih banyak tentang budaya dan bahasa Indonesia,” imbuhnya.

Sementara itu, Clara Holmes, salah satu mahasiswa UC Business School di Christchurch yang mengikuti kelas BIPA on-line KBRI Wellington juga menyatakan bahwa ia sangat menikmati dan merasa beruntung bisa belajar bahasa Indonesia kali ini. “Saya selalu ingin belajar bahasa Indonesia agar bisa berkomunikasi dengan keluarga saya di Indonesia,” ujarnya. Banyak keturunan Indonesia di Selandia Baru seperti Clara yang tidak bisa berbahasa Indonesia, Yani Widjaja dan Roana Mowbray di antaranya. Adanya BIPA ini membuat mereka sangat senang dan antusias belajar bahasa Indonesia.

Tak hanya itu, dalam rangka menyebarkan bahasa Indonesia, Ari Kusmiatun ditemani pengajar kelas Gamelan yang sekaligus staff KBRI Wellington, Budi S. Putra, mengunjungi kelas gamelan di Victoria University Wellington (VUW) dan komunitas pecinta gamelan Padhang Moncar sembari mengajarkan Bahasa Indonesia di sela latihan gamelan mereka. “Saya sudah 28 tahun mengenalkan dan mengajarkan gamelan di Wellington. Banyak yang berminat dengan budaya Indonesia di sini. Adanya pengenalan bahasa Indonesia akan menjadi penguat bagi mereka lebih dekat dengan Indonesia,” ungkap Budi S. Putra.

Keterlibatan dalam kelas gamelan sekaligus merupakan wujud kegiatan diplomasi kebahasaan lain selain membuka kelas BIPA. Peter dan Jonathan yang hadir di kelas gamelan di VUW bersama 25 mahasiswa lainnya juga sangat antusias mencoba mempraktikkan bahasa Indonesia yang baru saja dipelajarinya. “Saya merasa senang ada materi bahasa Indonesia kali ini. Saya ingin mengenal bahasa Indonesia lebih banyak,” jelas Peter.

Di samping itu, keberadaan Pojok Bahasa Indonesia dan praktik membatik dalam Festival Indonesia bertajuk Nusantara in Aotearoa dalam rangka perayaan 17 Agustus 2024 di Selandia Baru juga menjadi sebuah langkah KBRI Wellington dalam mengenal bahasa dan budaya Indonesia. Banyak penjunjung yang tertarik mencoba mengenal bahasa Indonesia dan mencoba membatik. “Saya sangat suka Indonesia. Indonesia kaya budaya, bahasanya mudah dipelajari, banyak tempat yang eksotis, makanan enak, juga musim yang bagus “ tutur Erica salah satu pengunjung stand pojok bahasa Indonesia.

KBRI Wellington juga memanfaatkan keberadaan Ari Kusmiatun di sana untuk berbagi pengalaman dan memberikan pelatihan pengajaran BIPA bagi orang Indonesia di sana. Pelatihan ini harapannya dapat membekali orang Indonesia untuk dapat mengajarkan BIPA secara baik dan pada akhirnya bahasa Indonesia dapat lebih membahana di negeri Aotearoa ini. Kalau dulu para pejuang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kini saatnya kita, anak bangsa, yang berjuang untuk mengenalkan Indonesia ke seluruh dunia, termasuk membuanakan bahasanya melalui jalan BIPA.

Penulis
Ari Kusmiatun
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat