Dua hal yang mesti terus terpatri dalam pribadi dosen yaitu apa tujuan yang akan dicapai dan upaya-upaya yang perlu ditempuh untuk mencapainya. Tujuan yang akan dicapai oleh dosen merupakan pilihan hidup dan memerlukan allternatif berfikir karena tidak ada kebenaran final dan juga tidak konservatisme mutlak karena untuk menjadi pripadi sukses dan profesional upaya-upaya yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan pun tidak bisa seperti biasanya namun harus terbiasa automatic thingking menuju critical thinking. Demikian disampaikan Prof. Slamet, PH, MA., M.Ed., MLHR., MA, Ph.D., SAAT narasumber dalam Webinar Series yang diselenggarakan Pusat Sumber Belajar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (PSB FT UNY) – (04/08/2021).
Slamet menambahkan bahwa creative thinking yaitu berani keluar dari aksioma yang ada atau lahir mendahului zamannya dan tentu itu sangat lah beresiko.
Apapun alasannya, upaya-upaya penguatan diri agar tidak terbelakang merupakan naluriah manusia yang memang mengandung resiko. Sharing gagasan merupakan intuisi-intuisi atas dasar pengelaman hidup bukan teks namun lebih pada konteks yang dialami.
“Kekuatan berpikir bagi seorang dosen semestinya tinggi, dalam, jauh, majemuk, luas, utuh dan strategis,” lanjutnya.
“Selain kapasitas lahiriah, nutris batin juga semestinya diperhatikan sebagai seorang dosen dengan bekerja lah dengan tulus ikhlas, kebahagiaan jangan pernah dikorbankan, kembangkan mental pemberi, bergaul apa adanya, berprasaan positif, mencintai orang lain, jangan pernah melukai perasaan orang, mematri perasaan bahwa tidak ada kebenaran mutlak, konservatisme final serta nyaman lah dengan perubahan dan ramah dengan masa depan,” beber Slamet.
“Sikap dan perbuatan dosen yang diidamkan adalah akademis, humanis, agamis, ekologis, demokratis, ekonomis, nasionalis, globalis, mandiri dan merdeka,” ungap Slamet.
Slamet mengingatkan bahwa Abad-21 sulit ditebak dan diprediksi serta tak berkesudahan selaly bersemi tak bertepu sehingga diperlukan manusia-manusia yang ramah akan masa depan dan memiliki kapabilitas tinggi yaitu menguasai keahliannya, cepat, cekat, tepat, gesit, luwes, adaptif, antisipatif, proaktif dan bahkan promotif.
“Dosen masa depan harus memiliki budaya keunggulan dan budaya kebersamaan. Jangan kerasan berfikir tunggal dan sempit namun mesti sarat ilmu baru yang dilakukan melalui pengembangan diri,” ujar Slamet
“Gunakanlah akal sehat dan hati nurani dalam menghadapi perubahan yang konkuren,” tutupnya. (hryo)