Prinsip-prinsip penilaian meliputi obyektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, edukatif, adil, valid, spesifik dan manfaat dengan berpegang teguh dengan prinsip-prinsip tersebut kita akan selalu siap mana kala ada pihak-pihak yang meminta klarifikasi terhadap proses penilaian yang kita buat. Demikian disampaikan Prof. Dr. Sudji Munadi, M.Pd., saat menjadi narasumber pada Webinar Series #2 Pengembangan Kapasitas Dosen Fakultas Teknik UNY 2021 yang diselenggarakan Pusat Sumber Belajar FT UNY (12/08/2021).
Sudji melanjutkan bahwa bentuk-bentuk penilaian sendiri adalah tes kinerja, observasi, penugasaan, portofolio, tes tertulis, tes lisan, jurnal, wawancara, inventori, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
“Tujuan tes mesti diklarifikasi dari awal apakah kita mau mengukur aspek kognitif, afektif atau pun psikomotorik sehingga disini sangat penting unutk membuat standar pada aspek afektif mahasiswa karena selama ini sebagain besar masih dinilai berdasarkan proses perkuliahan seperti kehadiran dan tingkah laku selama perkuliahan,” beber Sudji Munadi.
Setelah tujuan tes telah ditetapkan selanjutnya adalah membuat kisi-isi test yang meliputi SK, KD dan indikator dan barulah mulai pembuatan soal. "Setelah soal selesai dibuat semestinya kita telaah terlebih dahulu untuk melihat substansi, konstruksi maupun bahasanya," ujar Guru Besar dari Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY.
Untuk memperoleh data empiris tes juga mesti melalui uji coba atau analisis yang diakhiri dengan merkait soal/perangkat tes, menyajikannya kemudian melakukan skoring dan melaporkan hasilnya.
Sudji menjelaskan bahwa kemampuan kognitif mulai dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, hingga evaluasi. Sedangkan aspek afektif adalah menerima, menanggapi, menilai, mengelola, menghayati dan aspek psikomotorik terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
“Perlu diingat bahwa tidak semua praktik vokasional memerlukan kreativitas terutama unutk praktik yang prosedurnya tetap karena jika ditambah dengan kreativitas dikhawatikan akan berdampak pada keterlambatan waktu proses pengerjaannya,” tutur Sudji.
“Secara umum keterbatasan penilaian hasil pembelajaran adalah pembuat tes karena alasan klasik yakni keterbatasan waktu dan kesibukan dosen, selanjutnya adalah obyek yang diukur karena dalam perjalanan kadang ada hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa terlebih pada masa pandemi ini. Selain itu, alat ukur yang mana tingkat kesukaraan mesti diperhatikan dan terakhir lingkungan yang memberi pengaruh besar pada proses penilaian hasil pembelajaran terlebih dengan konsep belajar dari rumah ini,” tutup Sudji Munadi. (hryo)