Pengalaman Ngesti Magang Di Start-Up

2
min read
A- A+
read

Ngesti saat magang

Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) masih menjadi favorit mahasiswa. Program ini ditujukan untuk mengembangkan karier mahasiswa di luar kampus agar kampus mampu mencetak alumni yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Salah satu mahasiswa yang mengalaminya adalah Ngesti Berlianto.

Mahasiswa prodi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY tersebut mengatakan MSIB bukanlah sesuatu yang baru baginya. “Sejak Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi meluncurkan program ini di awal-awal dulu, saya takjub dan antusias untuk mendaftar program ini di kemudian hari sebagai sarana percepatan karier” kata Ngesti, Senin (10/6). Ia telah mempersiapkan hal ini dengan mengikuti karier festival di sana-sini, mencoba berbagai peluang kepanitiaan dan organisasi, hingga berlangganan tambahan materi / kursus terkait peran yang akan dijalani. Pengembangan diri untuk bisa terjun ke dunia kerja secara nyata adalah motivasi utama mengikuti program ini karena memiliki minat yang dalam terhadap dunia pengembangan sumber daya manusia (human resources), yang sekaligus menjadi departemen dengan tanggung jawab terhadap sumber daya manusia atau karyawan di suatu Perusahaan.

Warga Plarangan, Karanganyar, Kebumen itu diterima di PT. Shippindo Teknologi Logistik pada posisi Product Trainer Intern di perusahaaan berbranding Shipper tersebut. “Sebagai product trainer intern, kami bertanggung jawab untuk melakukan orientasi awal karyawan baru, melakukan analisis kebutuhan pelatihan karyawan, merancang dan membuat materi pelatihan dalam bentuk video atau materi presentasi, hingga melakukan demo produk atau layanan kepada klien Shipper yang masih awam secara daring agar mampu memahami penggunaan layanan Shipper” papar Ngesti. Sebagai satu-satunya intern laki-laki di divisi ini, hal yang menjadi tantangan terbesar adalah mengatasi rasa gugup ketika presentasi atau onboarding karyawan serta memahami secara mendalam apa saja produk dan layanan perusahaan. Memahami istilah-istilah asing dalam dunia logistik seperti FTL, LCL, SLA, inbound, control tower, dan lain-lain, adalah sekelumit hal di antaranya. Namun Ngesti yakin itu semua mampu teratasi dengan baik asalkan belajar dan berusaha seiring berjalannya waktu.

Menurut alumni SMAN 1 Kebumen itu, Shipper termasuk salah satu mitra MSIB yang cukup memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Meskipun start-up dikenal sebagai perusahaan dengan tempo kerja yang cepat, namun Ngesti melihat bahwa karyawan juga bisa santai dan sejahtera. Fasilitas seperti permainan biliar, microwave, vending machine, open space untuk bekerja yang juga instagramable, hingga kebijakan kerja secara hybrid adalah beberapa buktinya. “Peraturan kerja di sini adalah masuk jam 9 pagi, namun itu tidak mutlak. Ada beberapa orang yang masuk di jam 10 pagi. Saya pribadi masuk jam 8 pagi” ujarnya. Makin awal masuk, makin cepat pulang dan menghindari kemacetan. Itulah salah satu hal positif di dunia start-up, bekerja secara fleksibel. Meski dalam satu lingkup Jakarta Pusat, perjalanan yang ditempuh Ngesti memakan waktu lebih dari sejam. Namun, hal itu lumrah terjadi di dunia kerja. Tidak heran banyak juga yang tempat tinggalnya di Bogor, Bekasi, dan kota-kota penyangga lainnya dan bekerja di Jakarta.

Diungkapkan pria kelahiran Kebumen, 30 November 2001 tersebut, agar bisa menembus MSIB sebaiknya ketika sudah diterima kuliah langsung memikirkan minat, potensi, preferensi, dan peta kariernya. “Rajin-rajin belajar membuat CV yang menarik, melakukan interview terbaik, dan mencoba variasi-variasi psikotest dengan usaha terbaik” ujarnya. Ketika pendaftaran magang dibuka, tidak perlu menunda-nunda, langsung daftar dan sesuaikan dengan minat dan potensi diri yang ada. Sebagai manusia dengan ambisi karier yang positif, idealis itu bagus, namun realistis juga perlu. Ketika mendaftar, bisa menggunakan proporsi kuota 50% untuk top tier atau dream company, 30% untuk middle company, dan 20% sisanya bisa mendaftar di mitra yang sekiranya peluang lolosnya tinggi namun sesuai dengan minat dan potensi diri. Sesuaikan posisi atau peran terlebih dahulu, baru memilih mitra / perusahaannya. Pertimbangkan juga memilih mitra yang lokasinya bisa ditoleransi untuk memudahkan adaptasi. Tak jarang, pengalaman magang adalah pengalaman kerja pertama dan biasanya pengalaman kerja pertama cukup berpengaruh ke preferensi dan jenjang karier berikutnya. “Teruntuk para pejuang MSIB, tetaplah bijak dalam menentukan pilihan. Saya berharap cerita ini memuat manfaat dan mampu memberikan inspirasi untuk orang banyak” tutup Ngesti.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus