MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA : MUSEUM SEBAGAI ASET BUDAYA

MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA : MUSEUM SEBAGAI ASET BUDAYA

Universitas Negeri Yogyakarta melalui Museum Pendidikan Indonesia ingin terus mengenalkan dan mengedukasi masyarakat dalam hal pendidikan karakter bangsa. Museum Pendidikan Indonesia dalam mengenalkan koleksi baik dari segi konteks ataupun kontenya tidak lepas selalu mendapat dukungan dari beberapa pihak, salah satu usaha MPI UNY dalam mendekatkan hati masyarakat dengan museum ialah dengan aktif ikut serta dalam program-program kegiatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat.

Salah satu program dari pemerintah daerah Kabupaten Sleman ialah Gelar Wicara Kebudayaan dengan topik “Museum Sebagai Aset Budaya”, diadakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Forum Komunikasi Museum Sleman (FKMS), dengan Narasumber : Nanang Dwinarto (Ketua FKMS) dan Hanafi Husni Mubaroq, S.Hum., M.A. (Konservator Museum Pendidikan Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 November 2021 secara On Air di radio Rakosa FM, dengan tujuan untuk lebih mengenalkan dan menyadarkan kembali masyarakat yang sudah mulai menjauh ataupun melupakan keberadaan sebuah museum.

Museum yang selama ini banyak orang menganggap hanya sebuah tempat penyimpanan barang-barang bekas, jadul, tak bernilai, dalam bincang santai ini kedua narasumber menjelaskan nilai penting keberadaan suatu museum dan koleksi-koleksinya yang sangat bernilai baik dilihat dari segi materi ataupun imateri. Salah satu cerita Hanafi dalam bincang santai ini, salah satu koleksi MPI UNY yang sulit bahkan mustahil untuk dimiliki ialah patung Mama Wulu yang original, patung seorang Ibu yang sedang menenun sambil menyusui bayinya. Saat ini MPI UNY baru memiliki fotonya, dan sedang berproses dalam pembuatan replikanya. Patung ini menggambarkan pendidikan dalam keluarga, seorang ibu kepada anaknya, patung yang berasal dari Flores Timur terbuat dari perunggu dengan berat hanya sekitar 5kg, nilai-nilai warisan budaya ini sebagai sebuah refleksi  kehidupan bagi generasi muda. Ketika orang bertanya, “Kenapa MPI tidak mengkoleksi patung yang aslinya?”. Perlu sahabat museum ketahui, bahwa patung Mama Wulu yang berusia 14 abad ini saat ini berada di National Gallery of Australia, NGA membeli patung ini pada tahun 2006 dari seorang kolektor pribadi di Swiss seharga 4 Juta USD, atau setara dengan 56 Milyar Rupiah saat ini.

Selain menjelaskan arti penting sebuah koleksi, Hanafi yang bertugas sebagai Konservator MPI UNY  juga memaparkan berbagai tugasnya sebagai seorang Konservator Museum. Sesuai dengan topik bincang santai ini “Museum Sebagai Aset Budaya”, merupakan tugas seorang Konservator untuk merawat dan mengkonservasi sebuah koleksi ketika terdapat suatu kerusakan, bahkan berbagai penanganan atau pencegahan sebelum terjadinya kerusakan. Proses konservasi ini secara spesifik dilakukan dalam berbagai media koleksi, baik berupa logam, kertas, kayu, kulit, batu, dan lain sebagainya.

Gelar Wicara Kebudayaan ini selain menceritakan tugas masing-masing narasumber dan keistimewaan museum yang mereka kelola, mereka juga menceritakan tentang peran dan kegiatan-kegiatannya dalam Forum Komunikasi Museum Sleman. Selain sebagai Ketua FKMS Nanang Dwinarto juga bertugas sebagai Manager Operasional Museum Monjali, dan Hanafi pun selain seorang Konservator MPI UNY juga bertugas sebagai Sekretaris FKMS. Forum Komunikasi Museum Sleman merupakan suatu wadah silaturahmi yang berfungsi untuk menunjang pergerakan permuseuman di Kabupaten Sleman, dan juga sebagai mesin penggerak Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman untuk kegiatan-kegiatan permuseuman di wilayah Kabupaten Sleman. (Hanafi)