Pasca pandemi covid-19, transformasi dunia digital semakin menguat. Semakin banyak imigran dunia maya dari berbagai kalangan usia. Sosial media tidak lagi eksklusif untuk anak muda. Bagi anak muda, sosial media lebih dari sekedar alat untuk mengobrol dengan teman, selain itu sosial media juga menjadi platfrom untuk unjuk diri. Sayangnya, banyak anak muda yang belum memanfaatkan hal tersebut dengan baik. Ini menyebabkan trend/identitas yang mereka bawa kurang baik. Atas dasar hal tersebut, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) berinisiatif mengadakan webinar nasional praktisi mengajar di kampus, dengan tajuk “How To Branding Yourself in Digital Era: Branding Impact and Digital Marketing Era 4.0” belum lama ini. Webinar nasional kali ini menghadirkan dua pembicara ternama yakni Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, konsultan komunikasi dan sosial media, serta Nugroho Nurcahyo, S.H, redaktur pelaksana Harian Jogja dengan dipandu oleh Kepala Divisi Humas, Media, dan Promosi,Unit Urusan Inter UUIK FIS UNY, Danu Eko Agustinova, M.Pd.
Dalam kesempatan ini, Rulli menyampaikan tentang bagaimana sosial media saat ini menjadi sangat lekat dan membentuk presepsi seseorang atas dirinya. “Saat ini orang tidak perlu memiliki kapital untuk membuat konten, cukup dengan smartphone dan semua orang bisa menampakkan identitas mereka pada dunia di sosial media,” ungkap Rulli. Sedangkan Popon menyampaikan, “Pengguna internet dalam sepuluh tahun terakhir juga bertambah secara signifikan, bahkan dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta, namun, pengguna mobile (smartphone) mencapai sekitar 300 juta,” tambah Nugroho yang akrab disapa Mas Popon.
Webinar kali ini disambut dengan antusiasme tinggi oleh para mahasiswa FIS UNY yang menjadi target utama webinar nasional, selain dari FIS UNY peserta yang hadir meramaikan juga dari berbagai fakultas lain di UNY dan beberapa mahasiswa dari luar UNY. Terbukti dengan webinar ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai latar belakang jurusan di dalam maupun luar UNY. Antusiasme ini juga ditunjukkan dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan pada saat sesi tanya jawab. Seorang peserta bertanya perihal sosial media dan insekuritas. Menurut Rulli, “tidak perlu merasa insecure di sosial media, yang penting bisa bersikap jujur di sosial media, hal tersebut dapat membuat kita diterima di sosial media.” jawabnya
Pada termin berikutnya, peserta lain menanyakan mengenai beberapa anak muda sekarang yang justru memilih untuk tidak bersosial media. Mas Popon merespon hal ini dengan pengalamannya bekerja di dunia media siber. Menurutnya, justru unik jika ada anak muda yang tidak memiliki sosial media. Menjadi nilai plus ketika dia mampu bertahan di tengah terpaan trend dan dia mampu menentukan sikap. Sehingga tidak perlu takut berlebihan jika tidak memiliki sosial media.
Di penghujung acara, Mas Popon berpesan pada para peserta agar dapat menciptakan jejak digital yang positif dan membawa kebermanfaatan. Sedangkan Rulli mengingatkan kepada peserta, “Ingat sosial media itu hanya sebuah alat, namun, alat yang luar biasa. Bisa membangun branding kita, namun, juga bisa menghancurkannya,” pungkas Rulli.
Penulis : Afka/Sari
Editor : Dedy