Kongres I P3GI Dorong Geografi Jadi Mapel Wajib Di Sekolah

Kongres Nasional Perkumpulan Pendidik Geografi Indonesia (P3GI) resmi digelar di Gedung B FISHIPOL Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kampus Karang Malang, pada Jumat–Sabtu (9–10 Mei 2025).

Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia, Dr. Nurul Khotimah, M.Si., yang menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta dan dukungan berbagai pihak dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Dalam sambutannya Nurul menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 89 peserta dari 25 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, terdiri atas 66 peserta luring dan 16 peserta daring. Ia menekankan bahwa tema besar kongres tahun ini adalah ‘Menguatkan Geografi Melalui Kurikulum Masa Depan yang Adaptif’ mencerminkan urgensi pembaruan dalam pendidikan Geografi di tengah disrupsi global. “Geografi sebagai ilmu yang integratif dan kontekstual memiliki peran strategis dalam membentuk generasi yang peka terhadap perubahan lingkungan dan sosial, serta mampu beradaptasi dan mengambil peran aktif dalam transformasi masyarakat,” ujarnya. Nurul berharap Kongres ini menghasilkan rekomendasi konstruktif bagi pengembangan kurikulum Geografi di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.

Kongres ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan, seperti Dr. Fathur Rohim dari BSKAP Kemdiktisaintek, dan Prof. Dr. Mukminan dari Departemen Pendidikan Geografi UNY. Ketua Umum Pusat P3GI, Prof. Dr. Enok Maryani, M.S., turut hadir dalam acara yang berlangsung penuh semangat kolaboratif ini. Dalam forum ini, P3GI merumuskan tiga agenda besar untuk masa depan pendidikan Geografi: pertama, bagaimana kurikulum mampu mencerminkan realitas dinamis; kedua, inovasi berkelanjutan oleh guru dan dosen Geografi; ketiga, menjadikan P3GI sebagai ruang kolaborasi yang inklusif dan progresif.

Sementara itu, Guru Besar Pendidikan Geografi Prof. Dr. Mukminan menyoroti pentingnya memperjuangkan posisi mata pelajaran Geografi di sekolah. “Selama ini Geografi sering dianggap remeh, seolah-olah bukan mata pelajaran penting. Antusias siswa pun rendah. Lewat kongres ini, kami ingin mendorong agar Geografi menjadi mata pelajaran wajib, bukan hanya pilihan,” ungkap Mukminan.

Mukminan menambahkan bahwa sebenarnya dukungan terhadap Geografi sudah tersedia, baik dari buku-buku terbitan BSNP maupun perangkat capaian pembelajaran sejak 2020. Namun, menurutnya, tantangan terbesar justru terletak pada lemahnya power untuk mengeksekusi kebijakan tersebut di tingkat kementerian. “Perubahan kurikulum sangat bergantung pada Kemendikbudristek. Karena itu, P3GI harus terus membangun jejaring, mendorong terbentuknya dewan pakar lintas bidang, dan bersinergi dengan Ikatan Geograf Indonesia,” tambahnya. Lebih jauh, ia menekankan bahwa pemahaman tentang potensi sumber daya dan keruangan Indonesia sangat penting bagi generasi muda. Oleh karena itu, posisi Geografi harus diperkuat dalam sistem pendidikan nasional.

Kegiatan ini juga menjadi ajang konsolidasi antarpendidik Geografi dari berbagai daerah untuk menyusun strategi kolaboratif. Kongres menghasilkan beberapa poin penting: perlunya kurikulum yang mencerminkan realitas dinamis, peningkatan inovasi di kalangan pendidik, serta penguatan fungsi P3GI sebagai ruang diskusi dan kolaborasi inklusif.

Penulis
Diana Prasastiawati
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU