KEMBANGKAN MITIGASI GEMPA BUMI DENGAN PEDAGOGY OF EARTHQUAKE RISK REDUCTION

KEMBANGKAN MITIGASI GEMPA BUMI DENGAN PEDAGOGY OF EARTHQUAKE RISK REDUCTION

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan gempa bumi cukup tinggi. Hal tersebut karena posisi Indonesia terletak pada wilayah tumbukan (pertemuan) tiga lempengan bumi yang terus menerus bergerak. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah Hindia-Australia, Pasifik dan Eurasia. Salah satu daerah yang rawan terkena gempa bumi adalah Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bantul merupakan daerah yang dilalui oleh sesar opak aktif, sehingga pergerakan lempeng sewaktu-waktu akan menyebabkan gempa bumi seperti pada tahun 2006. Gempa bumi menyebabkan banyak jatuhnya korban jiwa, anak-anak adalah yang paling rawan sebagai korban.

Dian Rosita Sari, salah satu Guru SD Muhammadiyah Kalinampu II, mengatakan bahwa SD Muhammadiyah Kalinampu II lokasinya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari pusat epicentrum gempa 2006. Oleh karena itu, perlu mendapatkan pelatihan mitigasi bencana gempa. Terlebih lagi pengetahuan tentang kebencanaan diperlukan agar anak-anak tidak mudah panik saat terjadi gempa dikemudian hari.

Berdasarkan hal tersebut, Mahasiswa  UNY yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yaitu Yustia Pramesti, Intan Nur Aisyah, Diyah Palupi Trie Utami (Pendidikan IPA), Bagas Wibowo (Pendidikan Teknik Informatika), dan Restu Saputra (Pendidikan Fisika) mengembangkan mitigasi bencana gempa bumi. Bersama dosen pembimbing Widodo Setiyo Wibowo, M.Pd., tim ini melaksanakan program dengan judul: PEDATION (Pedagogy of Earthquake Risk Reduction) untuk Anak-anak di Bantul.

Menurut Yustia, Pedagogy of Earthquake Risk Reduction berisi 6 modalitas pembelajaran yang direkomendasikan untuk diterapkan pada pendidikan kebencanaan yaitu interactive learning, affective learning, inquiry learning, surrogate experiential learning, field experiential learning, dan active learning.

“Enam modalitas tersebut telah disusun menjadi modul pembelajaran yang baik untuk diterapkan kepada siswa kelas 3 dan 4 SD tersebut. Modul PEDATION yang telah kami buat, digunakan sebagai panduan dalam menjalankan kegiatan pelatihan ini. Kemudian kami harapkan modul ini dapat menjadi referensi dalam penyusunan kurikulum pembelajaran terkait kebencanaan gempa bumi di sekolah”, ujar Yustia.

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa program PEDATION ini telah mampu meningkatkan tingkat kesiapsiagaan siswa. Hal ini terlihat dari perbandingan skor yang diukur dengan menggunakan angket sebelum kegiatan dan setelah kegiatan. Selain itu, tim juga melakukan observasi untuk melihat perkembangan kemampuan kesiapsiagaan siswa dari pertemuan ke pertemuan.

“Selain melakukan pelatihan, dibentuk pula Tim Siaga Bencana di SD Muhammadiyah Kalinampu II sebagai kelanjutan penelitian ini yang akan menjadi pelopor dalam mengkampanyekan pentingnya mitigasi bencana untuk mengurangi korban saat terjadinya gempa bumi khusunya di sekolah dan rumah mereka,” tambahnya. (witono)