KAMUS BATIK MANDING SIBERKREASI MELAJU KE PIMNAS

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Sosial Humaniora, Kamus Batik Manding Siberkreasi berhasil melaju ke Pimnas tahun 2019. Tim PKM mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY)  ini terdiri dari  Hizma Arum (Pend. Sosiologi), Azi Wansaka (Ilmu Sejarah), dan Hernia Nur Hidayah (Pend. IPS FIS). Dalam melakukan penelitian, tim PKM dibimbing oleh Nur Endah Januarti, dosen Pendidikan Sosiologi FIS UNY yang piawai tentang media edukasi dengan memunculkan ide tentang kamus batik yang dirancang untuk mengenalkan kampung batik manding siberkreasi dan menjelaskan setiap makna dalam proses pembuatan batik.

Menurut penuturan Hizma, penelitian ini berangkat dari kegelisahan akan gempuran batik Cina yang menekan perkembangan batik-batik lokal. Dengan harga yang lebih murah, batik dari negeri tirai bambu ini sedikit demi sedikit mengeser batik-batik lokal. Setidaknya ada dua permasalahan yang menghinggapi batik yang ada di Indonesia, yang pertama terkait generasi yang tidak siap melanjutnya usaha batik dan minimnya media edukasi yang saat ini digunakan bagi pembelajaran batik. Padahal batik merupakan warisan khas nusantara yang diakui dunia. Setiap pola, garis, titik, warna, hingga motif mencerminkan ciri tradisionalitas Indonesia. Ciri khas batik Indonesia inilah yang membuatnya memiliki makna tersendiri dalam pembuatannya. Walaupun terkadang tak semua orang bisa tahu dan memahami makna dari batik tersebut, tambah Hernia.

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi tersebut menambahkan bahwa ide untuk mengembangkan media edukasi tentang batik muncul ketika mereka menemukan satu kampung batik di Manding, Wonosari, Gunung Kidul, yang sedang berupaya mengembangkan dan mempromosikan batik lokal. “Di dalam kamus batik ini terdapat penjelasan tentang makna-makna motif yang terkandung pada batik yang dihasilkan oleh Kampung Batik Manding Siberkreasi dan sejarah dari asal mula batik yang ada di Indonesia secara umum. Kamus Batik ini kedepannya akan dikembangkan lebih luas untuk merekam jejak makna Batik di Indonesia” ungkapnya. (Azi/Eko)