PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU PEMBELAJARAN VOKASI

PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU PEMBELAJARAN VOKASI

Konsep Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) diperkenalkan pertama kali pada saat Pameran Perdagangan Hannover tahun 2011. Setelah itu, konsep Industri 4.0 dengan cepat bepengaruh dan berkembang menjadi dasar berbagai wacana yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi dan industri yang sebelumnya sudah berbasis IT. Kompleksitas pekerjaan dan ragam kebutuhan masyarakat memanfaatkan teknologi yang terus berkembang semakin mendorong industri untuk terus berinovasi. Industri yang mampu terus berinovasi akan tergantung pada kreatifitas manusia sebagai pekerja di industri tersebut, dan kualitas manusia akan tergantung pada kualitas Lembaga Pendidikan dan Pelatihan tempat calon pekerja disiapkan. Pada proses pendidikan di lembaga pendidikan vokasi, faktor pembelajaran yang berkaitan dengan pembentukan keterampilan dan pemenuhan pengalaman belajar vokasional yang diselaraskan dengan RI 4.0 menjadi fokus perubahan perilaku ke arah kompetensi yang diharapkan oleh dunia kerja saat ini dan masa depan. Demikian diungkapkan Prof. Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd.  dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Bidang Ilmu Pembelajaran Vokasi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Penyelarasan Pembelajaran Vokasi Untuk Revolusi Industri 4.0” itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY Rabu (19/6). Mochamad Bruri Triyono adalah guru besar UNY ke-140.

Pria kelahiran Makassar 16 Februari 1956 itu mengatakan bahwa RI 4.0 mempunyai ciri yang berkaitan dengan perkembangan teknologi digital, pengenalan Internet of Things and Services yang berkaitan dengan perubahan kultur masyarakat (society 5.0) ke dalam lingkungan manufaktur, mengantarkan pada berbagai perubahan sistem dan model dalam pembelajaran untuk penyiapan tenaga kerja. Menurutnya di masa depan, 80% bisnis akan membangun jaringan global yang menggabungkan mesin, sistem pergudangan, dan fasilitas produksi mereka dalam bentuk sistem cyber-physical system (CPS) yang mampu bertukar informasi secara mandiri, memicu tindakan, dan saling mengendalikan secara mandiri.

Doktor Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut menjelaskan, penggunaan Learn Work Assignment (LWA)  untuk penyelarasan pembelajaran vokasi untuk RI 4.0 dapat diartikan menggunakan metode pembelajaran yang berkelanjutan dari pendidikan formal sampai dengan pendidikan dan pelatihan di dunia kerja. Pembatasan waktu pembelajaran diakhiri dengan ketercapaian pengalaman belajar secara holistik pada setiap penyelesaian suatu masalah di dunia kerja. LWA akan menambah pengalaman pembelajaran nyata di dunia kerja sekaligus memperoleh dokumentasi kompetensi baru dari pengalaman kegiatan pemecahan masalah. Dari sisi didaktik, LWA dipandang sebagai unit perencanaan partisipatif, kerjasama kegiatan dunia pendidikan dan dunia kerja, pemecahan masalah di dunia kerja, penilaian hasil kerja/produk, dan mempunyai langkah refleksi untuk masalah baru yang sejenis. Konsep LWA Penugasan Pekerjaan dan Pembelajaran mempunyai ketegasan bahwa proses kerja di dunia kerja merupakan bagian utama yang tidak dapat dirubah. Selanjutnya, LWA mengasumsikan pemecahan masalah di dunia kerja dengan menggabungkan input teoritis dengan tugas kerja spesifik berorientasi pada kerja tim yang dapat mendukung pengembangan kompetensi peserta didik. (Dedy)