Revolusi industri keempat telah dimulai, pendidikan tinggi terutama pendidikan kejuruan perlu membentuk sistem pendidikan yang mudah beradaptasi, fleksibel dan relevan untuk memastikan bahwa setiap siswa memperoleh memperoleh keterampilan atau kompetensi yang diperlukan untuk bertahan hidup dan berkontribusi pada masyarakat yang berubah dengan cepat dalam berbagai revolusi industri. Industri kreatif dan ekonomi rumah dikategorikan dalam bidang pendidikan kejuruan, yang keduanya merasakan cerminan dari pengaruh cepat perubahan dalam teknologi digitalisasi 4.0. Melihat kondisi ini, Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mencoba memberikan kontribusi dengan menyelenggarakan International Conference on Home Economics and Creative Industry (ICoHECI) - 5/10/2019 di Aula Pascasrjana dengan mengusung tema "Home Economics and Creative Industry towards The 4th Industrial Revolution".
Konferesni ini menghadirkan tiga pembicara utama, yakni Prof. Dr. Kashif Hussein dari Taylor University, Malaysia, Prof. Dr. Donna Pendergast, dari Griffith University, Australia serta Prof. Dr. Irene, dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Prof. Dr. Kashif Hussein menjelaskan mengenai kerangka kerja untuk memfasilitasi interaksi antara teknologi, inovasi sosial dan ekonomi rumah tangga demi menghasilkan strategi proaktif dan berkelanjutan sehingga tercipta jalan untuk pemasaran ekonomi rumah tangga yang efektif. Sedangkan Prof. Dr. Donna Pendergast menginspirasi dan menyemangati para ekonom rumahan untuk memaksimalkan peluang dalam era 4.0 dengan menghubungkan ide-ide inovasi di masa depan, serta menyoroti momen ini sebagai platform untuk kembali merreformulasikan definisi dan implementasi suatu profesi di masa yang akan datang.
Sementara itu, serta Prof. Dr. Irene menekankan bahwa untuk mendukung perkembangan ekonomi rakyat dan industri kreatif, pendidikan memiliki peran yang penting dan stategis. “Pendidikan harus diubah dari fix-mindset ke growth-mindset agar siswa memiliki daya adaptasi sosial serta mampu membekali “soft-skill” agar siswa dapat mengatasi masalah,” ujarnya.
“Selain itu, kita juga mesti mampu menghadirkan pendidikan yang kreatif dan inovatif agar siswa mampu berperan dalam mendukung eksistensi home economic dan creative industry dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat,” tutup Prof. Irene. (hryo)