Identifikasi Belief and Attitude Siswa Terhadap Fisika, Tsania Nur Diyana Raih Doktor

Belief dan attitude siswa terhadap fisika dan belajar fisika berpengaruh terhadap performa siswa dalam belajar fisika. Penelitian menunjukkan, bahwa ketika mempelajari fisika, siswa memiliki belief dan attitude berbeda-beda yang mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Identifikasi dan eksplorasi belief dan attitude siswa terhadap fisika dan belajar fisika merupakan aspek krusial dalam mendukung kualitas pembelajaran. Hal ini ditandaskan Tsania Nur Diyana, Dosen Departemen Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam Ujian Akhir Disertasi S-3 Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang, belum lama ini.

Disertasi dengan judul “Instrumen Belief and Attitude toward Physics and Learning (BAPL): Pengembangan dan Validasi” tersebut berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Parno (Ketua/Penguji), Prof. Dr. Sutopo (Promotor/Penguji), Prof. Dr. Sentot Kusairi (Ko-Promotor/Penguji), Dr. Supriyono Koes Handayanto (Ko-Promotor/Penguji), Prof. Dr. Endang Purwaningsih (Penguji Bidang Studi), Prof. Dr. Arif Hidayat (Penguji Bidang Studi), Dr. Purbo Suwasono (Penguji Bidang Pendidikan), serta Prof. Dr. Wasis (Penguji Eksternal/Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya. “Penelitian ini berusahan menghadirkan instrumen inovatif untuk mengukur belief dan attitude siswa terhadap fisika. Saya berfokus pada dua dimensi utama, yaitu penguasaan konsep dan pemecahan masalah,” ungkap Tsania.

Ditambahkan Tsania, bahwa survei, wawancara, dan observasi kelas digunakan sebagai metode akurat dalam mengidentifikasi belief dan attitude siswa, namun menurutnya, survei merupakan metode yang efektif dan banyak digunakan oleh peneliti. Seperti Maryland Physics Expectations Survey (MPEX), Views About Science Survey (VASS), Epistemological Beliefs Assessment for Physical Sciences (EBAPS), Views of Nature of Science Questionnaire (VNOS), Views on Science and Education Questionnaire (VOSE), dan Colorado Learning Attitudes about Science Survey (CLASS). “Instrumen yang banyak dimanfaatkan dalam penelitian adalah CLASS,” tambahnya. “CLASS dikembangkan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap fisika dan belajar fisika, akan tetapi CLASS belum secara spesifik mempertimbangkan dimensi penguasaan konsep dan pemecahan masalah sebagaimana hakikat belajar fisika,” lanjut Tsania.

Instrumen CLASS terdiri dari 42 item yang dikelompokkan menjadi delapan faktor, namun terdapat faktor yang tidak memiliki item spesifik karena item-itemnya masuk pada faktor lainnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa item-item tersebut memiliki sifat psikometrik yang lemah terhadap faktor yang ada. Evaluasi dengan uji EFA juga menemukan tiga faktor utama. Uji konfirmasi terhadap konstruk terkait hakikat belajar fisika tidak banyak ditemukan. Evaluasi juga memberikan saran untuk mempertimbangkan jumlah item.

“Atas dasar tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan dan menvalidasi instrumen belief dan attitude siswa terhadap fisika dan belajar fisika dengan mempertimbangkan dimensi penguasaan konsep dan pemecahan masalah,” ujar perempuan kelahiran Lamongan, 26 April 1996 ini. Tsania menekankan, bahwa penelitiannya merupakan penelitian Research and Development (R&D) yang terdiri dari dua bagian yang meliputi pengembangan instrumen dan uji kelayakan. Tahap pengembangan instrumen mencakup perumusan konstruk, pengembangan item, uji kecocokan awal, dan eksplorasi faktor.

“Uji kelayakan instrumen mencakup uji validitas, yaitu isi, konstruk, dan struktur eksternal, dan reliabilitas. Validitas isi dievaluasi oleh lima ahli dan dianalisis menggunakan indeks Aiken’s V, validitas konstruk dianalisis dengan analisis faktor konfirmatori, dan validitas struktur eksternal diuji melalui korelasi skor instrumen yang dikembangkan dengan instrumen sejenis lainnya,” lanjutnya.

Sedangkan, uji reliabilitas dan analisis respons item dilakukan dengan model Rasch melibatkan evaluasi reliabilitas item dan person, serta peta Wright untuk menginterpretasi skor. “Penelitian ini menghasilkan instrumen Belief and Attitude Towards Physics and Learning (BAPL) untuk mengidentifikasi belief dan attitude siswa terhadap fisika dan belajar fisika,” paparnya.

Instrumen BAPL yang dihasilkan Tsania terdiri dari 20 item berbentuk skala likert dengan dua dimensi utama dan empat faktor. Kedua dimensi yaitu belief dan attitude terhadap penguasaan konsep (conceptual understanding) serta terhadap pemecahan masalah (problem solving). Dimensi penguasaan konsep mencakup faktor hubungan pengetahuan fisika dengan manfaat pribadi dan koneksi dunia nyata serta upaya memahami konten fisika.

Sementara dimensi pemecahan masalah mencakup pendekatan dan usaha dalam pemecahan masalah serta minat dan persepsi dalam pemecahan masalah. Dari hasil uji konfirmatori, konstruk ini telah terbukti fit dalam mencerminkan belief dan attitude terhadap fisika dan hakikat belajar fisika sebagai proses memahami ide-ide pokok fisika dan menerapkannya dalam proses pemecahan masalah.

“Instrumen BAPL ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi belief dan attitude siswa terhadap fisika dan belajar fisika selain menggunakan instrumen CLASS atau instrumen lainnya. Hasil identifikasi belief dan attitude siswa dapat digunakan sebagai dasar merancang desain pembelajaran yang efektif sesuai belief dan attitude siswa,” ujarnya. “Selain itu, instrumen BAPL dapat dimanfaatkan untuk melihat perubahan belief dan attitude siswa setelah pemberian intervensi pembelajaran tertentu,” pungkasnya, menjelaskan.

Penulis
Fahri Septian
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 1. Lulusan Mendapat Pekerjaan yang Layak
IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus