Transforming Educational Landscape in South Asia After Covid-19

2
min read
A- A+
read

Narasumber dari Malaysia

Sebagai wujud dari upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta menjalin kerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan, Univeristas Malaya, Malaysia, yaitu dengan menyelenggarakan Studium Generale dengan Tema Transforming Education Landscape after COID-19, dengan menghadirkan 2 narasumber dari University of Malaya, Malaysia, Prof. Madya. Dr. Zawawi Ismail, selaku Dekan FIP University Malaya, dan  Assoc. Prof. Dr. Muhammad Faizal A. Ghani, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, Perencanaan dan Kebijakan , Jumat, 9 September 2022.

Prof. Madya. Dr. Zawawi Ismail mengawali paparannya  tentang Transforming Educational Landscape in South Asia After Covid-19, menyebutkan bahwa pademi covid-19 memberikan dampak terhadap dunia pendidikan. Dijelaskan lebih lanjut bahhwa hampir seluruh siswa di dunia terkena dampaknya, melihat kondisi pandemi covid-19 ini, banyak sekolah dan sistem pendidikan mulai menawarkan pendidikan jarak jauh. Pendidik secara proaktif merespon dan menunjukkan dukungan yang besar terkait perubahan pembelajaran. “Pandemi telah mendorong inovasi pembelajaran,” tegasnya.

Prof Zawawi menyebutkan 5 elemen transformasi pendidikan. “Pertama, Kurikulum, terkait dengan apa yang harus diajarkan, yaitu pengetahuan dan ketampilan. Informasi yang diperoleh melalui input sensorik, bisa melalui membaca, menonton, mendengarkan, menyentuh, dan lain - lain. Pengetahuan dapat ditransfer dari satu orang ke orang lain atau dapat diri sendiri diperoleh melalui observasi dan studi. Sedangkan ketrampilan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan pada situasi tertentu. Keterampilan dikembangkan melalui latihan. Trial and error mungkin adalah cara terbaik untuk mencapai penguasaan keterampilan,” terangnya

Dijelaskan bahwa kurikulum baru itu memiliki tujuan untuk mengembangkan kompetensi baru untuk era baru, lebih fokus pada pengembangan kemampuan siswa daripada hanya fokus pada konten dan pengetahuan 'template'., mengizinkan personalisasi oleh siswa, mengembangkan jalur pembelajaran yang unik dari mereka, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pilihan & mengusulkan pembelajaran baru konten, dan belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka, serta  mengakomodasi perubahan dengan waktu dan konteks.

Kedua, Pedagogi, tentang bagaimana cara mengajar. “Siswa beragam dan memiliki tingkat kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Pembelajaran yang dipersonalisasi & membutuhkan siswa untuk menjadi lebih aktif dalam memahami dan memetakan mereka jalur pembelajaran. Lebih aktif dan paham teknologi. Tingkat otonomi tertentu atas apa yang ingin mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, di mana mereka belajar dan bagaimana mereka ingin dinilai . Fokus pada eksplorasi solusi yang diprakarsai siswa untuk masalah otentik dan signifikan. Bantu siswa mengembangkan kemampuan untuk menangani yang tidak diketahui dan tidak pasti alih-alih membutuhkan menghafal solusi yang diketahui untuk masalah yang diketahui,” jelasnya.

Ketiga, masyarakat sebagai lembaga pendidikan. “Tempat belajar yang khas adalah ruang kelas di sekolah. Gerakan online besar-besaran mengubah tipikal. Ini telah memaksa guru untuk mengalami pengajaran jarak jauh tanpa kedekatan dengan siswa. Memiliki juga memberi banyak guru kesempatan untuk memikirkan kembali tujuan mengajar dan menghubungkan dengan siswa. Ketika siswa tidak belajar di kelas di dalam sekolah, mereka didistribusikan di masyarakat. Mereka dapat berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi. Hal ini dapat berdampak signifikan pada kegiatan pembelajaran. Jika diizinkan atau diaktifkan oleh guru, siswa dapat belajar dari online sumber daya dan ahli di mana saja di dunia. Dengan demikian, tempat belajar berubah dari kelas ke Komunitas,” paparnya lagi.

Keempat, Life Long Learning. Waktu belajar juga berubah. Saat pembelajaran berjalan online dan siswa tidak atau tidak perlu berada di sekolah. Waktu belajar mereka jauh melampaui waktu sekolah tradisional. Mereka dapat belajar secara asinkron kapan saja. Sama pentingnya adalah waktu belajar mereka tidak perlu sinkron satu sama lain atau dengan guru. Pembelajaran sepanjang hayat adalah bentuk pendidikan yang dimulai dari diri sendiri yang berfokus pada pribadi perkembangan. Pengembangan setelah pendidikan formal:  pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang dialami orang setelah pendidikan formal dan sepanjang hidup mereka,” ungkapnya.

Kelima, Dana Pendidikan. “Kurangnya dana berarti ketidakmampuan untuk berinvestasi dalam apa yang penting bagi siswa. Pendanaan dibutuhkan di sekolah untuk membeli lebih dari sekedar buku pelajaran. Sekolah membutuhkan dana yang tepat mengalokasikan pemeliharaan gedung, kode peraturan, staf pendukung, kegiatan ekstrakurikuler, teknologi, persediaan, rencana makan, dan gaji guru. Kurangnya dana berpengaruh terhadap kemajuan akademik mahasiswa dan psikologi mahasiswa. Kurangnya sumber daya ini dapat berdampak negatif pada kemajuan siswa. Mencari alternatif pendanaan melalui sedekah, wakaf dll. Dari pendanaan sendiri ke pendanaan ummat,” pungkasnya.

Sementara itu, Assoc. Prof. Dr. Muhammad Faizal A. Ghani, berbicara tentang Comparison of Educational System: Malaysia and Japan. menurutnya, sistem pendidikan yang diterapkan Jepang masih jauh lebih unggul dibanding dengan Malaysia dalam hal hasil matematika, ilmu alam dan membaca.  Dalam hal visi pendidikan, Jepang dan Malaysia memiliki visi yang cukup berbeda, di Jepang lebih berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan agar siswa mampu mengembangkan masyarakat serta menjadi pemimpin internasional dengan mendorong peningkatan kualitas pendidikan bertaraf dunia. Jika di Malaysia visi pendidikan Malaysia tertuang dalam P3M, Plan Pembangunan Pendidikan Malaysia pada tahun 2013 sampai 2025 berfokus pada strategi peningkatan kualitas sistem pendidikan agar selaras dengan sistem pendidikan di Negara.

Studium generale diikuti oleh civitas akademik FIP UNY baik dari dosen maupun mahasiswa S1 hingga mahasiswa S3, baik secara luring maupun daring. 

Penulis : Mareta P

Editor : Dedy