Mineral lempung secara khusus memiliki peranan penting karena memiliki luas permukaan yang relatif tinggi. Sebagai contoh, montmorilonit yang beberapa kali saya gunakan sebagai sampel penelitian, memiliki luas permukaan spesifik sebesar 83.9 m2 g -1 . Ini berarti bahwa 1,1 gram (1/4 sendok teh) sampel mineral lempung dari tanah tersebut mempunyai luas permukaan 100 m2 , sama dengan luas lapangan sepak bola. Ini mengindikasikan bahwa meskipun secara fisik jumlah mineral lempung sangat sedikit, tapi dia memiliki substansi untuk kehidupan yang sangat besar. Karena permukaannya yang sangat luas tersebut, tanah Indonesia mengikat berbagai mineral dan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara dan mineral yang terikat tersebut dapat dilepaskan kembali sesuai dengan kecepatan atau kinetikanya, sehingga diserap dengan konsentrasi yang tepat oleh tanam-tanaman.
Demikian Prof. Jaslin Ikhsan, M.App.,Sc.,Ph.D menyampaikan orasi dalam Pidato Pengukuh Guru Besar di Auditorum UNY (21/11) berjudul Model Kompleksasi dan Modifikasi Permukaan Mineral Lempung sebagai Material Baru dan Manfaatnya. Jaslin Ikhsan yang merupakan dosen dari Program studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UNY dikukuhkan sebagai Guru Besar UNY ke-165.
Menurut pria kelahiran Pati, 52 tahun silam tersebut, meskipun manfaat mineral lempung sudah diketahui dan praktik pemanfaatan mineral lempung telah lama digunakan, namun, tidak banyak penelitian yang menjelaskan mekanisme reaksi yang terjadi di permukaan mineral lempung. “Kereaktifan permukaan pada fasa padat dalam tanah berasal dari sifat kimia atau gugus fungsional di permukaan mineral lempung. Ketika gugus fungsional di permukaan bereaksi dengan suatu molekul yang larut untuk membentuk suatu kompleks permukaan, maka terjadi suatu reaksi yang disebut kompleksasi permukaan,”paparnya
Jaslin Ikhsan merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Jaslin Ikhsan memperoleh gelar sarjana dari Program Studi S1 Pendidikan Kimia IKIP Yogyakarta pada tahun 1992, selanjutnya memperoleh gelar strata dua dan strata tiga dari Program Studi Kimia Permukaan Universitas La Trobe Australia pada tahun 1999 dan 2006.
Mengakhiri orasi, pria yang bermukim di Bokohan Prambanan Sleman tersebut menyimpulkan isi pidatonya sebagai berikut:Pertama, tanah liat Indonesia mengandung material aluminosilikat, filosilikat atau mineral lempung yang memiliki a) situs aktif bermuatan; b) luas permukaan spesifik yang besar; c) kapasitan permukaan; d) kapasitas penukar kation/anion; e ) daerah interlayer dan poros, yang menjadikan tanah berperan penting dalam mengikat senyawa-senyawa kimia dan melepaskannya kembali. Prinsip pengikatan atau proses adsorpsi oleh mineral lempung ini dimanfaatkan oleh berbagai kalangan dan industri untuk kesehatan, penanganan limbah, pengelolaan lingkungan dan katalis.
Kedua, penelitian menunjukkan bahwa model kompleksasi permukaan berbantuan perangkat lunak komputer sangat baik untuk menjelaskan proses atau reaksi yang terjadi di permukaan mineral lempung. Model ini sederhana dan telah luas dimanfaatkan oleh peneliti di dunia serta telah menghasilkan publikasi yang berkualitas di berbagai jurnal internasional bereputasi. Selain itu, model ini dipandang efektif dan efisien ditinjau dari sisi finansial, keamanan, dan keselamatan kerja di laboratorium. Ketiga, permukaan mineral lempung dapat dimodifikasi menjadi material baru yang lebih fungsional, sesuai dengan kebutuhan. “Penelitian kami mampu mengubah permukaan yang bermuatan dan bersifat polar, menjadi permukaan yang bersifat hidrofobik dan sangat penting untuk mengurangi limbah PAH yang merusak kualitas tanah dan lingkungan,” tegas Jaslin, lanjutnya,”Kami juga menemukan bahwa modifikasi terhadap silika dari lumpur Lapindo menjadi penukar anion atau penukar kation mampu meningkatkan kapasitas silika dalam mengikat anion/kation, hasil ini berarti bagi penanganan limbah lingkungan seperti limbah logam berat beracun dari lingkungan.
Keempat, model kompleksasi juga dapat dipergunakan oleh peserta didik sebagai media pembelajaran kimia yang baik, terutama dalam menentukan berbagai reaksi, dan menentukan konstanta kesetimbangannya, sehingga peserta didik dapat melakukan eksplorasi bebas tentang reaksi dan konstanta kesetimbngan reaksi berdasarkan titrasi potensiometri atau titrasi asam-basa. (rew)