Mahasiswa KKN UNY Olah Kotoran Burung Puyuh Menjadi Pupuk Kandang

Mahasiswa KKN UNY dengan olahan pupuk

Pupuk telah lama dikenal sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini terkait dengan fungsi utama pupuk yaitu sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, yang akan semakin sedikit tersedia di alam karena diserap tanaman. Kebutuhan unsur hara dan ketersediaannya yang tidak seimbang di alam, membuat pupuk menjadi solusi atas masalah kecukupan kebutuhan unsur hara tanaman yang dibudidayakan. Pupuk terdiri dari beberapa jenis diantaranya pupuk alam atau pupuk buatan. Salah satu pupuk yang dapat dikategorikan sebagai pupuk alam adalah pupuk kandang yang terbuat dari kotoran burung puyuh. Hal ini dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN UNY K2022-26162 Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar yang memakainya sebagai pupuk tanaman sayur di desanya. Mereka adalah Fauzan Margi Wijayanto prodi PGSD, Putri Oktaviani Pendidikan Luar Biasa, Krista Laila Afifah Pendidikan Administrasi Perkantoran, Kharisma Pendidikan Geografi, Luthfiana Nada Faiha Mufidah Ilmu Keolahragaan, Zaqya Risda Rakhmasari Pendidikan Akuntansi, Marini Azzah Afifah PJSD, Fahrul Ahmad Fauzi Pendidikan Teknik Informatika, Sekar Arum Purnama Jati Pendidikan Ekonomi dan Yahya Irawan Pendidikan Teknik Mesin.

Menurut Fauzan Margi Wijayanto di Desa Gajahan banyak peternak burung puyuh sebagai sentra peternakan puyuh di Colomadu. “Hal yang menimbulkan masalah adalah saat limbah kotoran burung puyuh tersebut hanya dibuang di TPS dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan polusi udara karena bau yang tidak sedap” kata Fauzan, Jumat (23/9). Beberapa warga juga kedapatan masih banyak yang membuang limbah kotoran puyuh di sepanjang jalan menuju TPS ataupun di sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru. Ketika peternakan puyuh masih menjadi sektor utama di Desa Gajahan, desa ini mampu menghasilkan  limbah  kotoran  burung  puyuh  sekitar 1 ton setiap minggunya, namun dengan berkurangnya jumlah peternak puyuh dan tingginya biaya produksi yang digunakan dalam beternak puyuh maka di Desa Gajahan saat ini hanya menghasilkan sekitar 400 kg - 500 kg setiap minggunya. Putri Oktaviani menambahkan ketika musim kemarau tiba dan limbah kotoran puyuh itu kering terdapat beberapa petani di daerah Cepogo, Boyolali yang mengambil limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk dijadikan pupuk sayur. Namun dalam proses pemanfaatan pupuk ini membutuhkan jeda waktu yang cukup lama antara proses penebaran dengan waktu tanam karena pupuk yang belum difermentasi” katanya. Sementara itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Gajahan juga belum memanfaatkan limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk bercocok tanam. Meskipun beberapa sudah pernah mencoba memanfaatkan, usaha tersebut gagal dikarenakan limbah kotoran burung puyuh yang belum diproses mempunyai suhu dan amonia yang tinggi sehingga mematikan tanaman. Oleh karena itu mahasiswa KKN UNY berinisiatif untuk mengolahnya menjadi pupuk.

Krista Laila Afifah mengatakan proses pengolahan pupuk ini dibantu oleh salah satu perangkat desa yang berpengalaman kerja di salah satu pabrik pupuk di Klaten. Proses pengolahan limbah menggunakan formula yang memanfaatkan cairan EM4, glukosa dan  bubuk Trichoderma.  Obat  tersebut  merupakan  obat  yang cukup  murah  dan dapat digunakan untuk menurunkan amonia dan membantu proses fermentasi sehingga bisa dijadikan sebagai pupuk kandang siap pakai. Dalam pelaksanaannya 1 botol EM4 dapat digunakan untuk memfermentasi sekitar 1 ton kotoran puyuh dengan lama proses fermentasi selama 1-2 minggu. Cara membuatnya, sebelum di fermentasi limbah kotoran burung puyuh dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu  bubuk  trichoderma  dicampurkan  ke  dalam  limbah  kotoran  burung  puyuh  yang  sudah kering. Selanjutnya cairan EM4 dicampur dengan glukosa dan air dengan perbandingan 1:1:50 dan disemprotkan pada limbah kotoran burung puyuh yang sudah dikeringkan. Setelah itu pupuk dimasukkan  ke  karung  dan  ditunggu  1-2  minggu.  Setelah proses fermentasi pupuk siap digunakan.

Menurut Kharisma pemanfaatan pupuk yang sudah jadi akan dimanfaatkan oleh KWT untuk menambah kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian khususnya oleh KWT di Desa Gajahan. Selain itu mahasiswa KKN di Desa Gajahan juga berencana untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan  kepada  anggota  KWT  mengenai  pembuatan  dan pemanfaatan pupuk kandang dari limbah kotoran puyuh sehingga program tersebut dapat berlanjut dan bermanfaat setelah mahasiswa KKN sudah selesai mengabdi di Desa Gajahan.

Kaur Umum Desa Gajahan Bambang Tri Admojo memaparkan jumlah kotoran puyuh yang terkumpul setiap tiga hari sekali itu berkisar 300 kilogram. Yang berpotensi diolah menjadi pupuk sekitar 75%-nya karena sisanya masih banyak partikel pakan yang tidak sempurna dicerna. Kepala Desa Gajahan Lilis Nuryanti berharap agar adanya mahasiswa KKN UNY selain dapat membagi ilmu tentang pembuatan pupuk kandang dari kotoran puyuh juga dapat membantu mengenalkan Gajahan di dunia luar dengan pembuatan website yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

Penulis : Dedy

Editor : Ardi

Kategori Humas
MBKM
IKU