PELATIHAN PEMASARAN ONLINE BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa ditekankan pada pendidikan keterampilan. Dimana pendidikan keterampilan memiliki persentase 60% sedangkan pendidikan akademik 40%. Pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus pada akhirnya diarahkan bagaimana mereka dapat hidup secara mandiri dengan memberikan pendidikan keterampilan yang disesuaikan dengan minat, bakat, dan tentunya kondisi kebutuhan khusus yang ada. Selain dapat hidup secara mandiri, anak berkebutuhan khusus mampu bekerja dan berwirausaha. Banyak diselenggarakan pameran hasil karya anak berkebutuhan khusus namun alokasi waktu yang terbatas dan pemasarannya kurang efektif, oleh karena itu pelatihan pemasaran  merupakan terobosan pengembangan pada hasil karya anak berkebutuhan khusus sehingga siap memasuki pasar. Berdasarkan permasalahan tersebut sekelompok mahasiswa UNY menggagas Pelatihan Pemasaran Berbasis Online (Paperline) pada anak berkebutuhan khusus di SLB. Peserta pelatihan ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus dengan melibatkan orangtua serta guru dan merupakan program keterampilan dalam memasarkan dan mensukseskan produk hasil karya anak berkebutuhan khusus.

Wahyuni Amilya, Linda Latiffa Tri Utami, Selvi Hernista prodi pendidikan luar biasa FIP dan Febri Arya Budi Wicaksono prodi D3 teknik mesin FT merancang pelatihan ini di SLB PGRI Minggir Sleman. Menurut Wahyuni Amilya, di era digital ini kita dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, dimana kegiatan yang biasa dilakukan secara konvensional beralih menggunakan media elektronik sehingga lebih memudahkan pengguna. “Sebagai contoh, kegiatan jual beli” kata Wahyuni “Kegiatan yang dulunya harus dilakukan dengan cara tatap muka sekarang bisa dilakukan secara e-commerce”. Teknologi android menyediakan beberapa aplikasi jual beli online dan media sosial yang memudahkan masyarakat dalam memasarkan produknya. Berdasarkan hasil pengamatan tim pengabdi di SLB PGRI Minggir, terdapat beberapa siswa yang mampu mengoperasikan handphone Android, bahkan mereka mempunyai akun sosial media, sehingga tidak menutup kemungkinan mereka mampu memasarkan hasil produknya secara mudah dan mandiri. Linda Latiffa menambahkan bahwa di SLB Minggir bekerjasama dengan salah satu perusahaan kerajinan anyaman bambu untuk menyalurkan hasil karya siswa dari kelas ketrampilan sentra menganyam. Selain bekerjasama untuk memasarkan produk karya siswa, sekolah juga menjual hasil kerajinan secara konvensional yaitu dari mulut  ke mulut atau ketika mengikuti pameran. Hasil karya yang biasanya dijual yaitu anyaman bambu, batik jumputan dan batik tulis, serta sarung bantal. “Dengan pelatihan ini diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat lebih mandiri dalam memasarkan produknya” katanya.

Selvi Hernista menjelaskan, materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi siswa. “Kami melatih siswa tuna rungu, tuna daksa dan tuna grahita kategori ringan” kata Selvi. Materi pelatihan meliputi tips mengambil gambar menggunakan handphone dan kamera digital, tips membuat kalimat iklan dan gaya tampilan yang menarik termasuk edit foto dan membuat broadcast, tips menjual produk melalui instagram dan fb, membuat akun buka lapak dan pelatihan penggunaannya, tips mengemas batik jumputan dan batik tulis untuk dikirim ke konsumen serta cara mengirim pesanan melalui kantor pos. Orangtua dan guru dapat membantu mentoring peserta didik SLB PGRI Minggir. Keterlibatan orangtua dan guru dalam proses evaluasi agar program ini dapat terus berkembang dikemudian hari. (Dedy)