Dalam rangka dies natalis ke-55 UNY menyelenggarakan Festival UNY Njathil 2019 di Lapangan Hockey FIK UNY, Kamis (2/5). Ketua panitia kegiatan Kuswarsantyo menegaskan bahwa pemaknaan njathil di sini secara substansi adalah simbol tekat untuk “ndadi dalam bidang akademik”. “Ndadi di sini kita maknai sebagai totalitas” katanya. Yaitu ndadi dalam bekerja, ndadi dalam meneliti, ndadi dalam pengabdian mayarakat, dan ndadi yang positif lain untuk memajukan Lembaga UNY dan bermanafaat bagi Bangsa dan Negara. Menurut pria yang dikenal sebagai Doktor Jathilan tersebut seni jathilan atau kuda kepang bagi sebagian besar masyarakat di Jawa dan DIY khususnya, dikenal sebagai pertunjukan yang merakyat, karena sifatnya menghibur dengan disertai atraksi ndadi (intrance). Namun esensi jathilan sebenarnya bukan hanya ndadi, tetapi aspek koreografi atau penataan tari dengan desain kostum dan iringan yang bervariasi. Tema cerita pun sangat bervariasi, tergantung kebutuhan untuk acara apa jathilan itu dipentaskan.
Rektor UNY Sutrisna Wibawa sangat mendukung dan mengatakan bahwa nuansa jathilan di Festival UNY Njathil berbeda dengan Festival Jathilan yang ada di masyarakat umum. “UNY menyelenggarakan Festival Jathil ini sebagai simbolisasi ungkapan keberpihakan Lembaga UNY kepada masyarakat” kata Rektor. UNY tidak akan merubah apa yang telah ada di masyarakat sebagai tradisi warisan leluhur yang harus tetap dijaga kelestariannya, namun UNY akan memberikan bentuk lain dari jathilan dengan tafsir berbeda.
Festival UNY Njathil diikuti oleh 4.883 orang dari 43 tim dan berhasil tercatat dalam Rekor MURI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara lomba tari jathilan kreasi baru dengan peserta terbanyak. Eksekutif Manajer MURI Sri Widayati menyebut pencatatan MURI terhadap tari jathilan kreasi baru terbanyak ini telah melalui beberapa tahapan dan kajian. Secara umum pencatatan MURI ada beberapa kriteria. Selain paling banyak, kriteria lainnyadi antaranya paling unik dan langka. Rekor ini dicatat di urutan ke 8.995. (Dedy)