Untuk menggeliatkan gairah kepenulisan sastra, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNY menyelenggarakan lokakarya penulisan puisi di Ruang Seminar, Gedung W.S Rendra, FBS. Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengasah kreativitas bersajak bagi mahasiswa.
Dosen PBSI, Ari Kusmiatun menyatakan bahwa lokakarya ini merupakan pembelajaran langsung kepada sosok penulis. “Banyak dari sisi-sisi kesusasteraan yang belum terjamah dosen-dosen yang hanya mengajarkan teori. Nah, di kesempatan ini, kita langsung belajar dari praktisinya," ujar Kusmiatun.
Lokakarya ini dipandu oleh Alfin Rizal, cerpenis cum penyair yang memaparkan pengalaman dan motivasi kepenulisan, khususnya penulisan puisi. Rangkaian pengalaman, gagasan, dan kegelisahan seseorang dapat digubah menjadi syair atau puisi sebagai wadah untuk mengungkapkan hal tersebut.
"Puisi itu dunia kecil agar kita bisa merdeka, tanpa ada batasan, tanpa ada aturan. Ketika tak ada yang bisa dilakukan di dunia nyata, kita bisa menciptakan fiksi sebagai ruang alternatif," ujar Alfin.
Terkait teknik menulis puisi, Alfin Rizal tidak memberikan metode secara spesifik. “Puisi itu orisinal dari penulisnya,” papar Alfin.
Bagi Alfin, tidak ada cara paling jitu untuk menulis puisi kecuali dengan membaca puisi-puisi yang sudah ditulis penyair-penyair yang sudah ada. Setelah itu, (calon) penulis harus langsung terjun untuk menuliskan karyanya. “Lokakarya penulisan sastra tidak banyak membantu jika tidak dilanjutkan dengan praktik terus menerus,” tambah Alfin.
Hal ini sejalan dengan komentar ketua HIMA PBSI, Fajrin Ramadhani bahwa tips menulis sastra hanya ada tiga. “Menulis, menulis, dan menulis,” ujar Fajrin dengan mengutip Kuntowijoyo, sastrawan kondang dari Yogyakarta.
Lokakarya penulisan puisi ini berlangsung dari pukul 07.30 – 11.00 pada Jum’at, 5 April 2019. (Muhammad Abdul Hadi/JK)