Optimalisasi Pengelolaan Kerjasama di Perguruan Tinggi

Dalam konteks perguruan tinggi, model pentahelix dan hexahelix menyediakan kerangka yang komprehensif untuk membangun kerja sama yang lebih luas dan strategis. Perguruan tinggi tidak hanya bertindak sebagai pusat pendidikan dan penelitian, tetapi juga sebagai agen perubahan yang menghubungkan berbagai elemen dalam ekosistem inovasi. Kerja sama yang baik dengan pemerintah, industri, masyarakat, media, lembaga keagamaan, dan komunitas sosial akan mendorong terciptanya solusi inovatif yang bermanfaat bagi semua pihak. Inilah yang mendasari dilakukannya Workshop Pengelolaan Kerja Sama di Perguruan Tinggi yang dilaksanakan Selasa (15/10) di Ballroom Hotel UNY.

“MoU, MoA, dan PKS itu hanyalah sebuah dokumen, yang terpenting adalah implementasinya. Mudah-mudahan MoU, MoA, dan PKS dapat memperkuat dan mendukung unit kerja sehingga manfaatnya dapat dirasakan sampai di tingkat prodi,” demikian yang dikatakan Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, Sistem Informasi, dan Usaha, Prof. Dr. Margana saat memberikan sambutannya. Prof. Margana berharap MoU, MoA, dan PKS tidak hanya sleeping document saja, tetapi dapat diimplementasikan melalui berbagai kegiatan yang mendukung tri dharma pendidikan tinggi.

Workshop Kerja Sama ini menghadirkan Yayat Hendayana selaku Ketua Tim Kerja Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Ditjen Diktiristek, Kemendikbud Ristek. Mengawali paparannya Top 10 Program Studi UNY yang melaksanakan kerjasama, yaitu Prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi (S1), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1), Pendidikan Kepelatihan Olahraga (S1), Pendidikan Akuntansi (S1), Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia (S1), Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (S1), Pendidikan Biologi (S1), Pendidikan Bahasa Inggris (S1), PGSD Pendidikan Jasmani (S1), dan Pendidikan Tata Boga (S1). Sedangkan daftar negara tujuan kerjasama dengan UNY meliputi China, Malaysia, Thailand, Taiwan, Australia, India, Japan, United States, Germany, Saudi Arabia.

Kang Yayat juga mengungkap indikator kinerja utama perguruan tinggi, diantaranya persentase lulusan S1 dan Program Diploma yang berhasil dapat pekerjaan, melanjutkan studi, atau menjadi wiraswasta dengan pendapatan cukup. Persentase mahasiswa S1 dan D4/D3/D2 yang menghasilkan paling tidak 20 SKS di luar kampus atau meraih prestasi minimal tingkat nasional. Persentase dosen yang berkegiatan tridharma di kampus lain, di QS 100 (berdasarkan ilmu), bekerja sebagai praktisi di dunia industri, atau membina mahasiswa yang berhasil meraih prestasi minimal tingkat nasional dalam 5 tahun terakhir. Persentase dosen tetap berkualitas S3, memiliki sertifikasi kompetensi/profes yang diakui oleh industri dan dunia kerja, atau berasal dari kalangan praktisi profesional, dunia industri, atau dunia kerja. Jumlah keluaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berhasil dapat rekognisi internasional atau diterapkan oleh masyarakat per jumlah dosen. Presentase prodi S1 dan Diploma yang melaksanakan kerjasama dengan mitra. Persentase mata kuliah S1 dan Diploma yang menggunakan pemecahan kasus (case method) atau project-based learning sebagai sebagian bobot evaluasi. Dan Persentase prodi S1 dan Diploma yang memiliki akreditasi atau sertifikasi internasional yang diakui pemerintah.

Penulis
Sudaryono
Editor
Prasetyo Noviriyanto
Kategori Humas
IKU