Muhammad Rasya Pratama, mahasiswa Jurusan Tata Boga 2021 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kampus Gunungkidul, berhasil menciptakan inovasi produk makanan olahan dari ikan tenggiri yang diberi nama 'UnderSea'. Terinspirasi dari habitat asli ikan tenggiri, Rasya memanfaatkan seluruh bagian ikan, termasuk tulang yang biasanya terbuang percuma. Dengan proses pengolahan yang cermat, tulang ikan tenggiri diolah menjadi tepung tulang yang menjadi salah satu bahan utama kerupuk UnderSea.
Inovasi ini berawal dari tugas kuliah Rasya yang mengharuskannya membuat produk pangan lokal yang inovatif. Minatnya pada ikan tenggiri dan keprihatinannya terhadap limbah makanan mendorongnya untuk mengolah tulang ikan menjadi produk yang bernilai tambah. Dengan bimbingan dosen, Rasya berhasil menemukan formula resep yang tepat sehingga menghasilkan kerupuk dengan rasa, tekstur, aroma, warna, dan bentuk yang menarik. "Proses pembuatan kerupuk ini cukup sederhana," ujar Rasya. "Setelah daging dan tulang ikan dipisahkan, tulang ikan dioven hingga kering lalu diblender menjadi tepung. Kemudian, daging ikan juga diblender dan dicampur dengan tepung tulang serta bahan-bahan lainnya. Setelah dibentuk, kerupuk digoreng hingga matang.
Keunikan kerupuk UnderSea terletak pada pemanfaatan seluruh bagian ikan tenggiri, sehingga tidak ada bahan yang terbuang percuma sehingga mengurangi sampah limbah laut. Selain itu, formula resep yang digunakan juga membuat kerupuk ini memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dengan kerupuk ikan tenggiri lainnya sehingga dapat mengurangi rasa lapar. Kerupuk UnderSea tidak hanya menjadi tugas akhir kuliah, tetapi juga menjadi bagian dari festival makanan yang diselenggarakan oleh seluruh mahasiswa Tata Boga angkatan 2021. Dalam festival tersebut, pengunjung dapat mencicipi berbagai inovasi produk makanan, termasuk kerupuk UnderSea. Dengan tiket masuk yang terjangkau, pengunjung dapat menikmati beragam hidangan lezat sambil mendukung kreativitas mahasiswa. Inovasi kerupuk UnderSea ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pemanfaatan sumber daya lokal dan mengurangi limbah makanan. Dengan mengolah tulang ikan tenggiri yang biasanya dianggap sebagai limbah, Rasya telah memberikan contoh nyata tentang bagaimana limbah dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Selain itu, inovasi ini juga membuka peluang bagi pengembangan produk olahan ikan lainnya yang berbahan dasar tulang ikan. Dengan demikian, dapat meningkatkan nilai tambah bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan.
Keberhasilan kerupuk UnderSea dalam festival makanan menunjukkan potensi pasar yang cukup besar untuk produk ini. Rasya berharap dapat mengembangkan bisnis kerupuk UnderSea lebih lanjut, misalnya dengan meningkatkan produksi, memperluas distribusi, dan menciptakan varian rasa baru. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan kerupuk UnderSea dapat menjadi produk unggulan daerah dan dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, inovasi ini juga dapat menginspirasi mahasiswa dan masyarakat lainnya untuk terus berkreasi dan menciptakan produk-produk baru yang bernilai tambah.