Gempa yang mengguncang DIY menimbulkan keprihatinan, utamanya pada konstruksi bangunan yang telah dibuat. Kejadian tak terduga tersebut kurang diantisipasi dengan pembangunan model rumah tahan gempa pada masa lalu. Untuk itu mahasiswa KKNR 10045 UNY yang bertempat di Ngento, Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo melakukan sosialisasi rumah tahan gempa pada warga setempat. Mereka adalah Eva Fatimah, Faridhatul Nurjannah, Muhammad Wildan Nur Arief, Ummu Alifa Itsnaeni, Nababil Nafi' Ashari, Agatha Berliana Febrianti Ayuning Putri, Khasanah Nur Setianingrum, Atika Tri Astuti, Aisyah Rohima dan Muhammad Iqbal Zainurrizar.
Kepala Dukuh Ngento Kastana mengatakan sosialisasi ini sangat diperlukan oleh warga setempat karena masih banyak yang belum tahu tentang rumah tahan gempa. “Oleh karena itu senyampang ada mahasiswa KKN UNY disini kami minta untuk menyosialisasikan hal tersebut” ujar Kastana, Selasa (27/8).
Penanggungjawab program kerja sosialisasi rumah tahan gempa adalah Muhammad Iqbal Zainurrizar dan Eva Fatimah dari program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik. Iqbal memaparkan bahwa filosofi bangunan tahan gempa jika terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas). “Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak” katanya. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, namun penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman.
Menurut Iqbal prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara bersama-sama dan proposional. Bangunan juga harus bersifat daktail (liat), sehinga dapat bertahan apabila mengalami terjadinya perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa. Konsep bangunan tahan gempa adalah berbentuk simetris (bujursangkar, segi empat) dan mempunyai perbandingan sisi yang baik yaitu panjang lebih kecil dari 3 kali lebar, ini dimaksudkan untuk mengurangi gaya puntir yang terjadi pada saat gempa.
Eva Fatimah menyampaikan bahwa tanah bergeser atau pergeseran tanah adalah fenomena di mana lapisan tanah bergerak dari posisi awalnya. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk aktivitas seismik, erosi, curah hujan tinggi, dan kondisi geologis tertentu. “Di wilayah seperti Kulon Progo yang memiliki kondisi tanah yang rentan, pergeseran tanah biasanya terjadi di daerah perbukitan atau lereng yang curam” ujar Eva. Dampak pergeseran tanah ini adalah retakan pada struktur bangunan, penurunan atau fondasi amblas, kegagalan fondasi serta kerusakan infrastruktur penunjangnya.
Mahasiswa prodi Teknik Sipil itu menjelaskan, untuk mengurangi dampak bangunan pada tanah yang bergeser melalui perencanaan dan pemilihan lokasi, desain pondasi yang tepat, penguatan struktur serta teknik konstruksi yang fleksibel. “Pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras kedalaman minimum 60 cm, harus mempunyai hubungan kuat dengan sloof, dan inovasi pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL)” katanya. Struktur utamanya tinggi kolom maksimum untuk rumah yang menggunakan dinding sebesar 3 meter. Jika tinggi kolom lebih dari 3 meter maka pada bagian tengah dinding (antara sloof dan ringbalk) diberi balok latei. Jarak maksimum antar kolom untuk bangunan yang menggunakan dinding lebih dari 3 meter. Jika jarak antar kolom lebih besar dari 3 meter maka di tengah bentang harus menggunakan kolom praktis. Jika menggunakan kuda2 beton, gunung-gunung harus diberi kolom dan balok miring beton bertulang dengan ukuran dan tulangan sama dengan ringbalk.
Salah satu warga, Adi merasa terbantu dengan sosialisasi ini karena memberi masukan cara mambuat bangunan di lahannya. “Lahan di sini terhitung tanah gerak sehingga perlu model bangunan tahan gempa” ucapnya. Harapannya kegiatan seperti ini dapat selalu disampaikan pada warga.