Pada masa kini, perkembangan dan persebaran sains sangat didukung oleh media massa. Namun, hal ini menjadi sebuah permasalahan karena lima dari sepuluh individu di Indonesia masih rentan terhadap serangan hoaks. Bahkan, banyak didapati masyarakat awam yang lebih percaya terhadap opini dibandingkan teori sains yang telah dikemukakan oleh para ahli. Fenomena semacam ini tergolong sebagai salah satu contoh dari fenomena Trust Me. Hal inilah yang mendorong sekelompok mahasiswa UNY meneliti tingkat kerentanan masyarakat Indonesia terhadap hoaks, sikap masyarakat Indonesia terhadap sains, dan hubungan antara kedua hal tersebut. Mereka adalah Septi Armamevia Hartanti, Dwi Rizki Lestari, Muhammad Roihan Ash Shiddieqy dan Vicky Kusuma Afriansyah.
Menurut Septi Armamevia Hartanti riset dilakukan berdasarkan pendekatan kuantitatif yang melibatkan pengumpulan data numerik untuk dianalisis secara statistik guna mendapatkan pemahaman yang kuat tentang hubungan antar variabel. “Riset ini menggunakan dua buah instrumen, yakni skala sikap terhadap sains dan skala kerentanan terhadap hoaks serta dilaksanakan secara online dengan menggunakan SurveyMonkey yang disebarluaskan melalui platform WhatsApp dan Instagram” katanya, Jumat (9/8). Responden riset merupakan individu yang memiliki akses internet, berusia minimal 17 tahun, dan berkewarganegaraan Indonesia.
Dwi Rizki Lestari menjelaskan metode yang digunakan adalah accidental sampling dan administrasi survey online. Metode accidental sampling membuka peluang terhadap berbagai kondisi yang menyebabkan terkumpulnya data-data yang tidak valid. “Untuk menangani hal tersebut, kami telah melakukan Data cleaning yang pada akhirnya dapat menyeleksi dan mereduksi dari total 1002 sampel menjadi 618 sampel responden yang datanya telah bersih dan siap dianalisis” kata Dwi. Metode administrasi survey yang bersifat online dan berskala nasional di seluruh Indonesia, membuat peneliti kurang bisa mengontrol proses pengisian survey yang dilakukan oleh responden. Hal ini dapat membuka peluang masuknya data-data yang bersifat tidak valid bagi riset, salah satunya ialah responden yang mengisi survey lebih dari satu kali. Untuk menangani hal tersebut, mereka menggunakan jasa survey berbayar yang kredibel, yakni SurveyMonkey yang menawarkan fungsi kontrol yang dapat memitigasi potensi dampak-dampak negatif dari administrasi survey online.
Diungkapkan Muhammad Roihan Ash Shiddieqy bahwa terdapat korelasi antara sikap terhadap sains dan kerentanan terhadap hoaks dengan tingkat korelasi rendah. “Maka, semakin tinggi sikap terhadap sains, semakin rendah kerentanan individu terhadap hoaks” tegas Dwi. Sehingga, hipotesis penelitan ini diterima. Hal ini menjadi temuan baru karena belum ada riset yang secara spesifik mengkaji hubungan antara sikap terhadap sains dengan kerentanan terhadap hoaks dalam konteks masyarakat Indonesia. Pada hasil analisis tambahan, ditemukan bahwa waktu penggunaan media sosial selama 5-6 jam per hari juga berkorelasi dengan kerentanan individu terhadap hoaks. Namun, pada kategori waktu penggunaan media sosial selain 5-6 jam per hari, tidak ditemukan korelasi dengan kerentanan individu terhadap hoaks. Menariknya, jenis kelamin, profesi, usia, pendidikan terakhir, asal provinsi, dan sumber informasi utama dalam belajar juga tidak berkorelasi dengan kerentanan seseorang terhadap hoaks.
Sedangkan Vicky Kusuma Afriansyah memaparkan bahwa riset ini memberikan kontribusi dengan menghasilkan data empiris yang menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh. Didapatkan bahwa kerentanan terhadap hoaks disebabkan oleh penolakan yang bersumber dari sikap negatif terhadap sains. “Maka, intervensi terhadap aspek tersebut seharusnya tidak hanya berfokus pada faktor pendidikan ataupun intelegensi, namun juga harus mencakup hal-hal yang dapat mengubah sikap individu” tutunya. Beberapa intervensi yang berpotensi dapat dilakukan, yakni perbaikan dalam hal kualitas dan tata cara penyampaian informasi, eliminasi konspirasi, dan peningkatan kredibilitas sains.
Penelitian ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Belmawa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKM-RSH tahun 2024.