Silvi Nur Suhailin merupakan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang terpilih untuk melaksanakan Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. MSIB merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mahasiswa sehingga siap terjun ke dunia usaha dan dunia kerja. Program ini memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk belajar di luar program studi utama mereka serta memperluas relasi sehingga memiliki peluang karir yang lebih luas.
Gadis kelahiran Tulungagung tersebut sebagai mahasiswa pendamping di KLS (Klub Literasi Sekolah) bersama SEAQIL. SEAQIL (SEAMEO QITEP In Language) merupakan pusat regional yang didirikan pada tanggal 13 Juli 2009 oleh Menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO). Kegiatan ini merupakan salah satu aksi untuk peningkatan dan penguatan budaya literasi serta memberikan apresiasi potensi pelajar di Indonesia. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas sebagai mentornya dan berkolaborasi dengan Lembaga sekolah, guru, dan siswa.
Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) tersebut ditempatkan di SMPIT LHI Banguntapan, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih lima bulan dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2023. Silvi mengatakan bahwa ia tertarik untuk meningkatkan literasi anak-anak sekolah dengan pembelajaran berbasis proyek. “Saya senang membuat karya sastra khususnya cerita pendek sehingga ingin mencari ilmu dan menyebarkan ilmu tersebut melalui kegiatan yang terdapat pada magang bersertifikat dengan bermitra di SEAQIL,” ujarnya.
Sebelum terjun langsung ke sekolah penempatan, para mahasiswa pendamping akan mendapatkan pelatihan Training of Trainers agar mahasiswa lebih siap mengajarkan materi yang diampu. Mahasiswa pendamping juga harus membuat rancangan belajar berupa materi dan bahan ajar, target pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran. “Ketika sudah masuk ke sekolah, saya harus cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memahami bagaimana karakter masing-masing siswa sehingga saya dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat,” ungkap Silvi.
Walaupun beberapa siswa sudah memiliki minat baca dan bahkan telah mulai menulis cerita, inovasi literasi masih diperlukan agar siswa tidak merasa bosan dan menumbuhkan kreativitas. Silvi juga selalu memonitoring para siswa dan sabar mendampingi mereka dalam belajar membuat karya sastra.
Output dari program ini sendiri adalah pembuatan buku antologi cerita pendek berjudul “Kawan Juang” yang merupakan kumpulan hasil karya para siswa, guru, tenaga kependidikan di SMPIT LHI Banguntapan beserta mahasiswa pendamping dengan tema tentang pertemanan. Cerpen tersebut diunggah di website issuu.com. Selain itu, terdapat pula podcast yang telah diunggah di aplikasi Spotify dari siswa dan siswi terpilih yang mampu menuntaskan cerita pendeknya dengan bagus dan sesuai dengan tema yang diberikan. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai salah satu media pembelajaran, diharapkan siswa semakin semangat untuk menghasilkan sebuah karya.
Ustadzah Arihunnisa Dzakhiroh, selaku guru pembina yang membersamai Silvi selama magang merasakan kebermanfaatan dari program ini untuk siswa agar mereka lebih percaya diri menghasilkan sebuah karya. “Saya merasa sangat antusias dan terinspirasi untuk membuat karya yang lebih berkualitas,” ucap Faari, salah satu siswa di SMPIT LHI Banguntapan. Para orang tua siswa juga turut senang melihat anak-anaknya berperan aktif untuk menghasilkan karya-karya hebat. Program ini menjadi salah satu upaya UNY untuk meningkatkan literasi generasi penerus bangsa.