Mahasiswa Kampus Mengajar UNY Kenalkan Robot Pada Siswa SMP

Sigit mengajari programming

Sigit Khoirul Anam adalah mahasiswa kimia FMIPA UNY Universitas Negeri Yogyakarta yang  mendapat sekolah penugasan Kampus Mengajar di SMP Sunan Kalijogo Cangkringan bersama 3 mahasiswa UNY, satu mahasiswa UNNES, dan satu lagi dari UII. Di daerah sekolah tersebut banyak orang bekerja menjadi seorang penambang, tidak heran kalau siswa siswi di sekolah tersebut memiliki etos kerja keras yang tinggi akibat pengaruh lingkungan di sekitar mereka. Dalam pendidikan, nyatanya faktor internal seperti motivasi etos kerja keras tidaklah cukup, faktor eksternal seperti sumber daya pengajaran diperlukan untuk mengoptimalkan potensi tiap diri siswa.

Sigit berkisah, adalah siswa kelas 8 SMP Sunan Kalijogo bernama Dika yang suka membantu. “Dalam suatu kesempatan dia melihat foto saya ketika sedang mengikuti Kontes Robot Indonesia (KRI) di layar laptop, sontak dia langsung penasaran dengan sebuah robot selam automous yang terlihat. Ternyata dia begitu tertarik dengan robotika setelah saya bercerita tentang gambar tersebut, seolah imajinasinya adalah api yang menyala, menjalar dan memunculkan percikan kreativitas seperti bara yang menyulut keingintahuannya” kata Sigit. Dika pun bercerita ke teman-temannya, dan tidak berbeda jauh ternyata mereka juga tertarik dengan robotika.

Saat itu memang media belajar robotika di sekolah tersebut belum ada, karena pengadaanya cukup mahal dan sumber daya manusianya yang belum ada. Mungkin karena sekolah pernah kena pencurian beberapa komputer, sekolah enggan untuk menambah komputer lagi apalagi komputer dengan spesifikasi tinggi, padahal salah satu topik robotika yang menarik adalah computer vision, yang membutuhkan komputer tersebut sehingga dapat dikenalkan pada para siswa. Sigit merasa terpanggil untuk mengisi gap tersebut dan bersemangat membantu mereka menemukan passion nya. Disamping hal tersebut, robotika dapat meningkatkan kemampuan numerasi siswa. “Meskipun saya berasal dari jurusan kimia, namun hal itu tidak akan saya gunakan sebagai judgement bahwa kemampuan saya sebatas tentang kimia. Saya perlu mengadakan media pembelajaran robotika tersebut” katanya.

Melakukan riset untuk menentukan media robotika yang cocok untuk diterapkan pada pembelajaran SMP Sunan Kalijogo, robot line follower adalah jawabannya. Selain interaktif robotika tersebut sangat fleksibel untuk dikembangkan. “Bantuan biaya hidup dari kampus mengajar setiap bulan saya sisihkan untuk membeli modul robotika, pada bulan terakhir penugasan akhirnya dapat terbeli beberapa komponen elektronik untuk membuat dua buah robot line follower” ungkap Sigit. Saat itu, satu kelas 8 terdapat 10 siswa, sehingga dibagi menjadi dua kelompok dengan setiap kelompok memiliki 5 anggota. Dari kelima siswa, dua diantaranya bertugas sebagai programmer sekaligus elektronik, sedangkan tiga sisanya bertugas sebagai mekanik untuk merancang chasis dan penempatan modul.

Robot line follower akan dikerjakan dari pagi sampai pulang sekolah. Siswa memiliki etos kerja dan semangat yang tinggi, salah dua mekanik bahkan tidak mengambil jam istirahat tetapi memilih tetap melanjutkan pekerjaanya tadi. “Sedangkan para programmernya, jujur saya cukup kaget, walaupun mereka belum pernah mengcoding, tetapi mereka cepat paham fundamental pemograman termasuk bagaimana mereka merakit modul dan mengintegrasikan hasil pemogramannya” ujar Sigit. Pada siang hari robot akhirnya sudah dapat beroperasi semestinya. Survei sederhana membuktikan mereka menyukai kegiatan tersebut dan terjadi peningkatan motivasi belajar numerasi pada diri mereka.

Robot tersebut berencana didisplay pada sebuah pameran karya seni di sekolah. Pameran akan dihadiri warga sekitar, wali murid, siswa serta guru SD Negeri Gayam, dan dosen pembimbing. Sebenarnya pameran karya seni adalah kumpulan hasil tugas kesenian tiap siswa, tetapi Sigit manfaatkan juga untuk mengenalkan robotika kepada masyarakat karena itu adalah momentum yang tepat. Tiba-tiba guru pamong, Dedy Setiawan, S.Pd dari sekolah yang mendampingi mahasiswa, datang dan memberi tantangan dimana Sigit diminta membuat robot yang lebih interaktif untuk dipamerkan saat pentas karya seni, padahal pameran tinggal besok hari lagi. “Saya pikir dengan kerja keras dan koneksi, saya dapat melakukannya, sayapun menyanggupi tantangan tersebut” katanya.

Sepulang sekolah, Sigit mengajukan permohonan kepada UKM Robotika UNY tepatnya Rocketteam agar dapat meminjam komponen yang diperlukan, alhamdulilah saya diberi izin sehingga robot computer vision bisa ditampilkan saat pameran besok. “Tugas saya selanjutnya adalah memprogram dan merakit robot tersebut hanya dalam waktu satu malam, saya teringat teman saya satu kamar saat itu sampai tidak bisa tidur karena kegiatan tersebut” ujarnya. Untungnya pagi harinya robot computer vision sudah dapat didemonstrasikan.

Suasana pameran begitu hidup dan penuh warna, para pengunjung antusias dalam kegiatan tersebut. Robot line follower dan computer vision dikerumungi pengunjung, mulai siswa SD sampai wali murid memberikan pertanyaan mengenai robot tersebut, hal seperti ini sebenarnya adalah tujuannya, sehingga kemampuan berpikir kritis, diskusi, keingintahuan, dan pemecahan masalah siswa dapat terasah.

Berbagai respon positif didapatkan. Salah seorang wali murid memberikan tanggapan bahwa keterampilan pemograman akan sangat dibutuhkan di zaman sekarang, terlepas apapun profesinya, sehingga sangat bagus jika anak sudah mulai dikenalkan dengan dunia robotika. Guru pamong Dedi Setiawan S.Pd, yang memberi tantangan tadi juga memberi tanggapan positif, bahkan disampaikan dalam pidatonya di acara penarikan mahasiswa kampus mengajar. Dosen pendamping, Dr. Yuwono Indro Hatmojo, S.Pd., M.Eng. berharap agar kegiatan robotika seperti itu dapat berlanjut bahkan berharap dapat menjadi mitra kerja sama sekolah dengan universitas.

Penulis: Sigit Khoirul Anam\

Editor: Dedy

Kategori Humas
MBKM
IKU
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus