Lella Nur Yuliana terpilih menjadi salah satu mahasiswa Kampus Mengajar yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Kampus mengajar merupakan bagian kegiatan pembelajaran dan pengajaran di satuan pendidikan dasar dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kelas dengan menjadi mitra guru dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar dan menengah, yang selanjutnya disebut sekolah penugasan. Kampus Mengajar bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan beragam keahlian dan keterampilan dengan menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran, pengembangan strategi, dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Mahasiswa prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY tersebut ditempatkan di SDN Gedongtengen Kota Yogyakarta. Menurut Lella kegiatan ini memberikan pengalaman berharga karena berada di lingkungan yang beragam. “Selain memberi peluang untuk meningkatkan keterampilan mengajar, program ini juga memberikan pengalaman langsung dalam berpartisipasi meningkatkan pendidikan masyarakat” katanya, Kamis (18/1).
Gadis kelahiran Gunungkidul, 8 Juni 2002 itu mengisahkan pada awal sebelum terjun ke sekolah penugasan, ia mengikuti pelatihan intensif untuk memahami metode pengajaran, manajemen kelas, dan pedagogi yang efektif. Juga diajarkan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, memahami kebutuhan siswa, dan merancang rencana pembelajaran yang sesuai. “Setelah sampai di tempat mengajar, saya segera terlibat dalam kegiatan sekolah” ujar Lella. Meskipun pada awalnya agak sulit untuk membina hubungan dengan siswa, seiring berjalannya waktu, Lella berhasil berinteraksi dan memperoleh pemahaman yang lebih tentang tantangan dan kegembiraan dalam proses belajar-mengajar.
Alumni SMAN 2 Wonosari tersebut diberi tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan program calistung di sekolah penugasan. Program ini disusun untuk meningkatkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung siswa dengan fokus utama memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. “Saya bekerja sama dengan rekan guru untuk merancang strategi yang dapat membantu setiap siswa mencapai potensinya” kata Lella. Ketika program calistung berjalan ditemukan siswa tingkat atas yang belum memiliki kemampuan membaca. Hal ini menjadi tantangan yang cukup besar dalam pelaksanaan program. Untuk mengatasi permasalahan ini, Lella dan tim program calistung berkolaborasi untuk menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Salah satu diantaranya yaitu dengan memanfaatkan e-book yang menarik melalui situs web. Selain e-book juga dilakukan tutorial menggunakan buku latihan menbaca yang mengeja per suku kata serta menggunakan buku cerita. Harapannya dengan begini akan membuka peluang menuju pengalaman literasi yang lebih mengasyikkan dan meningkatkan kemampuan siswa.
Warga Kuwon Kidul, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul tersebut mengaku tantangan lainnya seperti perbedaan budaya, perbedaan tingkat kemampuan siswa, dan kadang-kadang keterbatasan sumber daya juga dapat diatasi dengan kerjasama antar guru. Secara umum, partisipasi dalam program Kampus Mengajar tidak hanya memberikan pengalaman mengajar yang berharga, tetapi juga mengubah cara pandang terhadap pendidikan. “Saya kini lebih termotivasi untuk terus berperan aktif dalam meningkatkan sistem pendidikan dan memberikan dampak positif pada kehidupan siswa” tutup Lella.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono