Perubahan sosial sejatinya merupakan proses alami yang akan dialami oleh masyarakat. Perubahan sosial pasti terjadi dan tidak memihak akan terjadi pada kelompok masyarakat tertentu. Perubahan sosial memaksa masyarakat adat mempertahankan nilai-nilai lokal yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi bertajuk Kuliah Kerja Lapangan, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fishipol, UNY di Desa Adat Tenganan, Bali belum lama ini. Sebuah desa yang terletak di bagian ujung timur pulau Bali, desa di tengah-tengah bukit dengan julukan desa adat tertua di Bali.
Berdasarkan paparan ketua adat, Desa Tenganan terkenal dengan masyarakatnya yang disebut sebagai Masyarakat Bali Aga, istilah ini mengacu pada kelahiran masyarakat desa Tenganan sebelum adanya kerajaan Majapahit. Kelahiran masyarakat desa Tenganan ini terjadi sebelum kerajaan Majapahit berdiri sehingga masyarakat ini memiliki nilai-nilai yang berbeda dari masyarakat desa pada umumnya di Bali. Adat istiadat tersebut misalnya, masyarakat Tenganan tidak menganut sistem kasta dan tidak mengadakan prosesi pembakaran mayat. Nilai menarik lain dari desa adat Tenganan adalah nilai gotong royong dimana kebutuhan dasar masyarakat berupa pangan dan papan dipenuhi oleh desa secara mandiri. Pemenuhan kebutuhan ini berasal dari hutan dan sawah yang dimiliki desa. Selain hasil hutan dan sawah yang melimpah, aset berharga lain bagi masyarakat desa Tenganan adalah tenun asli yang dinamakan tenun Tenganan Penggringsingan. Tenun ini menjadi daya tarik masyarakat internasional karena proses pembuatannya yang masih tradisional dan hasilnya juga bagus. Kelestarian alam dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat desa adat Tenganan ini tidak terlepas dari tingginya nilai keyakinan yang diwariskan para leluhur. Ditambah pula keyakinan terhadap kekuatan alam sebagai ibu kebudayaan.
Selain menelusuri adat Tenganan, Mahasiswa juga menelisik Desa Adat Panglipuran yang merupakan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. Menurut Datu Jatmiko, Koordinator KKL ini, Desa ini merupakan Desa adat di Bali yang masih memperhatikan arsitektur penataan desa ditengah gempuran perubahan sosial. Desa Penglipuran menjadi bayangan imajinasi contoh apabila kita melihat desa-desa di Bali terkait dengan penataan desanya. Desa yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu dari sisi paling utara disebut dengan Utama Mandala. Wilayah ini merupakan wilayah suci tempat para dewa dan digunakan masyarakat untuk beribadah. Sisi tengah disebut dengan Madya Mandala. Wilayah ini merupakan pemukiman yang dihuni oleh penduduk dengan rumah yang semuanya menghadap pada jalan utama. Sisi paling Selatan disebut dengan Nista Mandala, wilayah ini merupakan tempat pemakaman. Penataan desa yang bersih dan rapi tidak terlepas dari ajaran nenek moyang yang dianut oleh masyarakat desa Penglipuran yang diistilahkan dengan Patokan Adat.
Studi lapangan diakhiri dengan mengobservasi mengenai pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Penuturan Dwi Agustina dan Indra Rahayu Ningsih, pendamping kuliah lapangan secara terpisah mengatakan bahwa hampir 90 persen sektor yang menjadi andalan dalam pertumbuhan ekonomi adalah di sektor pariwisata. Akan tetapi kenyataan pandemi covid menjadi situasi yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan oleh masyarakat Bali. Hampir 90% masyarakat bali mengandalkan sektor pariwisata dalam pemenuhan kebutuhan perekonomian seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Namun, dampak covid mengakibatkan pariwisata di Bali mengalami kelumpuhan. Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Badung Anak Agung Gede Raka Yuda S.E menjelaskan, Badung sebagai kabupaten dengan PAD tertinggi di Indonesia mengalami penurunan hingga minus 16%. Sebagai upaya mengembalikan kestabilan perekonomian, dinas pariwisata mengusung pariwisata berbasis pada masyarakat (Community Based Tourism). Pariwisata dibangun melalui kesadaran masyarakat bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan utama. Aktivitas masyarakat Bali dianggap sebagai museum hidup yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan. CBT dibangun melalui interaksi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan investor. Dimana interaksi yang dilakukan memiliki keberpihakan pada masyarakat.
Penulis: Indra RN
Editor: Dedy