Dalam konteks Revolusi Industri 4.0, Indonesia mempunyai cita-cita untuk membangun fondasi yang kuat dalam bentuk nasionalisme dan konsep bela negara. Pentingnya cinta tanah air sebagai pilar utama dalam menghadapi perubahan zaman yang berlangsung begitu cepat. Nasionalisme bukan sekadar simbolisme bendera merah putih; lebih dari itu, nasionalisme mencakup pemahaman mendalam terhadap wawasan kebangsaan, pengutamaan kepentingan bersama, dan keyakinan teguh pada nilai-nilai Pancasila. Hal ini disampaikan Kapten Inf. Fektor Suyanto, SE. dari Korem 072/Pamungkas dalam Pra Pendidikan Dasar Satmenwa Pasopati UNY belum lama ini. Menurutnya Revolusi Industri 4.0 membawa tantangan kompleks dan peluang baru yang memerlukan ketangguhan. “Ancaman seperti penurunan toleransi, disrupsi sosial, dan bencana alam muncul seiring dengan peluang untuk pengembangan sumber daya manusia yang adaptif dan inovatif” ujarnya. Dalam menghadapi pertanyaan mengenai relevansi nasionalisme di era revolusi industri, konsep bela negara muncul sebagai landasan yang solid. Cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, serta keyakinan pada ideologi Pancasila menjadi dasar kesiapan untuk berkorban demi keberlangsungan bangsa.
Kapten Inf. Fektor Suyanto, SE. menegaskan peran media sosial sebagai agen perubahan menegaskan bahwa dalam era digital ini. "Kecerdasan digital sangat diperlukan. Kita harus mampu memeriksa kebenaran informasi sebelum bertindak, mengingat media sosial memiliki potensi besar untuk menyebarkan informasi yang tidak terbendung" katanya. Menghadapi perubahan ini, tantangan tidak hanya bersifat global, tetapi juga panggilan untuk membangun persaudaraan dan toleransi di dalam negeri. Bela negara tidak hanya terbatas pada pertahanan fisik, melainkan juga mencakup pembangunan solidaritas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan semangat Pancasila, serta memberikan kontribusi positif sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Dengan langkah-langkah konkret ini, Indonesia dapat memperkuat fondasi untuk meraih keberlanjutan bangsa di tengah dinamika dunia modern.
Kegiatan Pra Pendidikan Dasar Satmenwa Pasopati UNY merupakan langkah awal menjadi seorang Resimen Mahasiswa. Kegiatan dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan, Prof. Dr. Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or. selaku Pembina Satmenwa Pasopati universitas Negeri Yogyakarta. Menurut Komandan Satuan Resimen Mahasiswa Pasopati UNY Adam Tegar Budiargo, enam belas orang calon Yudha XLVII Satuan Resimen Mahasiswa Pasopati Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah dinyatakan lolos setelah mengikuti serangkaian seleksi penerimaan anggota baru kemudian mengikuti kegiatan Pra Pendidikan Dasar yang dilaksanakan di Student Center UNY untuk klasikal dan di Science Technopark UNY, Dusun Pagergunung, Sitimulyo, Piyungan, untuk latihan berganda.
Adam Tegar Budiargo mengatakan selain menerima berbagai materi saat kegiatan klasikal, untuk mengimplementasikan materi tersebut dalam latihan berganda, Calon Yudha XLVII mengawali dengan agenda Caraka Malam. “Tujuannya untuk menguji kewaspadaan, mental, dan keberanian serta penguatan tekad bagi calon anggota” kata Adam. Caraka Malam merupakan kegiatan di mana calon anggota diberikan pesan oleh atasannya dan pesan tersebut harus tersampaikan kepada tujuan, seluruh isi berita caraka tersebut sangat rahasia dan tidak boleh dibocorkan kepada siapapun. Untuk menguji calon anggota, terdapat 5 pos yang harus dilalui. Diawali dengan pos start, yaitu tempat pemberian berita caraka malam dan pemberian nama samaran dari setiap calon anggota dan diakhiri oleh pos finish, yaitu tempat untuk menyampaikan isi berita caraka malam. Untuk pos pertama dengan materi Membentuk Pribadi yang Berintegritas, pos kedua materi Penanaman Intelektual, pos ketiga materi Penanaman Mental, pos keempat Menguji Respon Cepat Tanggap, dan di pos terakhir santiaji dari Komandan Satuan maupun Wakil Komandan Satuan. Kegiatan dilanjutkan dengan Caraka Siang. Perbedaan antara caraka siang dengan caraka malam, pos-pos saat caraka siang lebih bersifat review materi saat klasikal, sedangkan caraka malam lebih kepada penanaman mental calon anggota. Selain itu, caraka siang juga bertujuan untuk mengenal medan lapangan dan pengelolaan kemampuan baik fisik maupun intelektual dan berperan sebagai seorang Telik Sandi. Terdiri dari 6 pos, Pos Permildas, Pos IMPK, Pos Keslap, Pos Pioneering dan Mountenering, dan Santiaji.
Kegiatan selanjutnya adalah Simulasi Raid. Dalam meningkatkan kemampuan taktik penyerangan, manajemen amunisi, dan penyelamatan dalam kelompok, calon anggota harus dapat membebaskan salah satu rekannya yang disandera oleh SKOLAT (Staf Komando Latihan). Para calon Yudha XLVII juga diajarkan survival, dengan disediakan bahan makanan mentah berupa lele, korek api, pisau, dan garam. Calon anggota secara berkelompok ditugaskan untuk mengolah makanan mentah yang siap untuk dimakan oleh calon anggota dengan alat seadanya. Makanan tersebut akan digunakan sebagai lauk untuk makan malam nasi komando. Sasaran tersebut adalah agar calon anggota dapat mempraktikkan cara penyesuaian diri pada lapangan dengan peralatan yang terbatas di alam bebas.
Setelah sampai di kampus UNY, Kegiatan Pra Pendidikan Dasar Calon Yudha XLVII ditutup dengan upacara penutupan dan tradisi mandi kembang. Selama kegiatan berlangsung, diputuskan 3 nama siswa sebagai siswa teladan, siswa terbaik putra dan putri. Siswa teladan atas nama Syifa Kumaladewi siswa terbaik putra atas nama Diaz Arya Radhana dan siswa terbaik putri atas nama Hana Nur Endah Wibowo.
Penulis: Adam Tegar
Editor: Dedy