Berawal dari tidak adanya instrumen khusus untuk mengukur Multiple Intelligent (MI) peserta didik dalam permainan bola basket dan untuk mengoptimalisasi kecerdasan dalam memenangkan kompetisi, seorang ibu rumah tangga yang juga mantan atlet basket memulai penelitian terkait Multiple Intelligent (MI) tersebut dengan penelitian disertasinya berjudul “Pengembangan Model Asesmen Permainan Bola Basket Berbasis Multiple Intelligence di Sekolah Menengah Atas”.
Nurul Huda menilai penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru penjas di lapangan. Tes serupa belum ada di dalam dan luar negeri dan belum ada MI di permainan bola basket. Dalam kurikulum penjas di SMA pun banyak jenis permainan bola besar yang dibahas. Pada bahasan fokus di permainan basket baru masuk di kurikulum 2013 di materi bola besar.
Instrumen tes ini lebih ke kognitif, afektif dan psikomotor masuk dalam pengukuran penjas. Dalam uji entitas dan kelayakan menggunakan statistik. Penyusunan instrumen menggunakan model ADDIE karena sesuai dengan pedoman instrumen dengan 5 tahapan yaitu, analyze, design, develop, implementation, dan evaluation. Instrumen atau alat ukur ini dapat mengukur semua aspek MI. Asesmen permainan bola basket berbasis MI yang telah dilakukan sosialisasi di SMA di Yogyakarta bersama MGMP. Instrumen tersebut membantu para guru PJOK. Petunjuk dan pedoman penilaian, form telah disediakan dalam pedoman.
Nurul menjelaskan bahwa produk dari penelitiannya berupa buku panduan asesmen permainan bola basket berbasis multiple intelligence di SMA. Instrumen yang dikembangkan tersebut efektif untuk mengukur MI dan mengoptimalkan 9 MI yang meliputi linguistik, logika matemaika, spasial, kinestetik, musik, intrapersonal, interpersonal, naturalis, dan eksistensi/religi terutama dalam bermain bola basket agar lebih bermanfaat bagi peserta didik serta guru Pendidikan Jasmani di lapangan. Produk yang dikembangkan berupa instrument tes dan nontes. “Dalam menilai ada panduannya, sehingga tidak asal. Yang dipromosikan adalah instrumen tes untuk peserta didik dan asesmen bagi guru. Meski tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan IQ, namun aktivitas fisik ada kaitan langsung dengan kemampuan fungsi kognitif”, tegasnya.
Keunggulan produk ini mengukur semua aspek kecerdasan. Atlet pun turut dinilai dari aspek MI. Rencana sosialisasi lebih lanjut di Dinas Olahraga dan panduan dibuat lebih menarik lagi. Berkat penelitiannya tersebut, Nurul Huda berhak menyandang gelar Doktor Keolahragaan dengan IPK 4.00 berpredikat Summa Cum Laude dengan masa studi 33 bulan (2 tahun, 9 bulan).
Penulis: Shinta
Editor: Dedy