Kisah Putri Penjual Lauk Pauk Yang Lulus Terbaik Wisuda UNY

Desita bersama orang tuanya

Wisuda UNY periode Agustus dilaksanakan secara luring dengan protokol kesehatan ketat pada Sabtu (27/8) di GOR UNY. Hal ini merupakan pertama kalinya UNY menggelar wisuda secara luring setelah pandemi Covid selama 2 tahun. Dalam wisuda ini salah satu siswa Fakultas Ilmu Sosial UNY berhasil meraih prestasi sebagai wisudawan dengan indeks prestasi tertinggi jenjang S1 yaitu Desita Dwi Rahmatulloh.

Mahasiswa program studi ilmu komunikasi tersebut berhasil meraih indeks prestasi kumulatif 3,93. Menurut Desita, studi lanjut di Program Studi Ilmu Komunikasi UNY merupakan salah satu cita-citanya sejak duduk di bangku SMK. “Setelah dinyatakan tidak lolos pada jalur SNMPTN, saya mencoba belajar secara online dan meminjam beberapa buku sehingga dapat memanfaatkan waktu yang terbatas untuk belajar materi secara mandiri” kata Desita, dan berhasil lolos jalur SBMPTN tahun 2018. Warga Sariharjo Ngaglik Sleman tersebut bersyukur dapat belajar dan bertumbuh di lingkungan yang suportif. Hal tersebut membuat kegiatan belajar di kampus terasa lebih menyenangkan. Metode mengajar dosen yang variatif dan komunikatif merupakan salah satu aspek yang membuatnya serta teman seangkatannya lebih mudah menerima materi. “Saya juga bertemu dengan rekan-rekan yang peduli terhadap saya, baik di kelas maupun di organisasi. Berkat mereka, saya bisa melewati masa-masa sulit yang dihadapi di masa perkuliahan” ujarnya. 

Gadis kelahiran Sleman, 24 Desember 1999 itu semasa kuliah juga pernah bekerja sebagai freelancer untuk mencari uang tambahan. “Saya juga pernah terikat kontrak menjadi penyiar di salah satu radio pendidikan yang berada di Jogja. Hal tersebut menjadi pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk belajar banyak hal” katanya. Walaupun bekerja, Desita tetap menetapkan kuliah sebagai prioritas pertama yang harus diselesaikan dengan baik. Untuk metode belajar, Desita berprinsip bahwa belajar bisa dari siapapun dan di manapun. Ketika merasa kesulitan, alumni SMKN 7 Yogyakarta itu tidak malu bertanya kepada teman-teman yang lebih pandai di bidang tertentu. Selain itu, dia juga sering membaca buku dan artikel dari media digital. Hal tersebut cukup menambah wawasan sehingga lebih siap menerima materi ketika kuliah berlangsung. Di kelas Desita juga rajin mencatat dan memahami karakter serta metode penilaian dari dosen. 

Menurut putri pasangan Sugeng Sihono dan Suryani yang berprofesi sebagai penjual lauk pauk tersebut, ketika memilih jurusan dan universitas, orang tuanya tidak pernah memaksakan kehendak. “Bagi saya, diberi kepercayaan untuk memilih apa yang saya minati adalah sebuah dukungan tersendiri” katanya. Suryani mengatakan keinginannya agar putrinya bisa menempuh pendidikan yang baik karena dia hanya lulusan SMP dan suaminya, Sugeng Sihono juga tidak kuliah. “Kami tidak memaksa anaknya mau mengambil jurusan apa dan minat seperti apa. Bapaknya pernah mengarahkan untuk sekolah di bidang lain, tetapi anaknya tidak bisa, jadi kami sebagai orang tua cukup mendukung pilihannya saja." kata Suryani. Kepercayaan dari orang tua tersebut menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri Desita. Sejak SD hingga SMK, peraih beasiswa Bidikmisi tersebut berhasil meraih ranking, berpartisipasi aktif dalam organisasi, mengikuti lomba, hingga bergabung dalam program pertukaran pelajar yang dibiayai oleh beberapa BUMN. “Orang tua saya tidak pernah menuntut. Namun karena diberi kepercayaan, saya terpacu untuk belajar mandiri dan bertanggungjawab dengan hidup” papar Desita. Selama kuliah Desita aktif pada unit kegiatan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Badan Semi Otonom Ilmu Komunikasi.  

Setamat kuliah Desita berharap dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang S2, namun akan bekerja terlebih dahulu untuk bekal finansial ke depannya. Bagi para mahasiswa Desita berpesan agar selalu punya ritme yang berbeda untuk belajar dan meraih sesuatu dengan berproses melalui metode terbaik versi diri masing-masing. “Life is a roller coaster ride, growing up was tough, sometimes we don't know what to do and cry a lot. So, whenever you are at this point, hope you can get through this and remember there's better days ahead" tutupnya. (Dedy)