Keragaman adalah anugerah Allah yang indah. Allah menghendaki agar umat manusia beragam dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar dan bertukar ilmu saling menghargai dan saling membantu dalam hal kebaikan. Moderasi menjadi cara pandang yang harus dipegang teguh dalam kehidupan yang beragam sekaligus mengarahkan kita dengan sikap saling menghormati perbedaan selain dengan menginternalisasikan ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan, membangun kemaslahatan masyarakat dan mentaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa dan bernegara. Hal ini disampaikan Wakil Presiden RI Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin sebagai keynote speaker dalam International Conference on Islamic Education (ICIE) 2022 di UNY, Kamis (11/8). Lebih lanjut Wakil Presiden RI menegaskan moderasi beragama pada hakikatnya adalah sikap toleransi berperikemanusiaan dan berbudi luhur yang sudah menjadi nilai kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu. “Moderasi beragama bagi kita bukanlah sesuatu yang baru, tapi merupakan bagian dari jatidiri kita dan sekaligus sumber resiliensi ketangguhan bangsa dalam menghadapi permasalahan” kata Ma’ruf Amin. Menurut Wakil Presiden akhir-akhir ini muncul tantangan berupa faham radikal yang berorientasi pada agama atau ideologi, oleh karena itu perlu diperkuat pemahaman dan sikap keagamaan yang moderat melalui beberapa Gerakan khususnya di bidang Pendidikan agama. Pengarusutamaan pembelajaran dan pemahaman terhadap moderasi beragama perlu proses dan tahapan agar terintegrasi kedalam segala aspek kehidupan termasuk melalui jalur Pendidikan. Hal ini perlu diwujudkan dalam program nyata melalui kebijakan yang tepat di pemerintah pusat dan daerah, maupun jalur kultural yakni Pendidikan formal dan informal serta berbagai forum dialog dan Kerjasama. Ma’ruf Amin menyatakan bahwa dosen Pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum dapat menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan moderasi beragama yang mencegah faham radikal serta berperan memberi landasan ideologi, bekal ilmu pengetahuan yang lurus bagi mahasiswa untuk menjadi pelopor dan pembawa kemaslahatan bagi masyarakat dalam wujud khazanah ilmu dan peradaban Islam yang rahmatan lil’alamin. Wakil Presiden berpesan agar asosiasi dosen pendidikan agama Islam dapat memperhatikan beberapa hal penting diantaranya meningkatkan kompetensi dan pengetahuan seluruh dosen pendidikan agama Islam sehingga pengajaran dan pendidikan agama Islam tidak tertinggal, makin berkualitas, dan relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu juga meningkatkan kompetensi di bidang teknologi informasi serta terapkan budaya kemandirian belajar.
Dibuka oleh Wakil Presiden RI, kegiatan ICIE 2022 diselenggarakan secara daring dan luring dari Gedung Pascasarjana UNY. Diikuti oleh lebih dari 200 peserta dan 73 pemakalah dari dosen pendidikan agama Islam, pemerhati pendidikan dan masyarakat umum dengan menampilkan Prof. Muhammad Ali, M.Sc., Ph.D., (University of California, US), Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.S (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia), Prof Mariam Ait Ahmed (University of Ibnu Thufail, Morocco), dan Prof. Khairudin Aljunied, Ph.D (National University of Singapore, Singapore) sebagai pembicara.
ICIE merupakan bagian dari Kongres Nasional Pendidikan Agama Islam (KONASPAI) V yang merupakan Kerjasama antara Dewan Pimpinan Pusat ADPISI bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta dan Kementerian Agama (Kemenag) RI. Mengambil tema ‘Pengarusutamaan Moderasi Agama untuk Kemanusiaan dan Peradaban Dunia’ kegiatan KONASPAI V digelar dengan serangkaian acara diantaranya Tabligh Akbar (10/8), Pameran Moderasi Beragama (11/8), Seminar Internasional/ ICIE 2022 (11/8) dan Kongres Nasional Pendidikan Agama Islam (11-12/8). Tabligh Akbar dilangsungkan pada Rabu (10/8) pukul 19.30 WIB di Masjid Al-Mujahidin UNY bersama Dr. KH. Aam Abdussalam (Ketua Umum DPP ADPISI), H. Abdul Malik Usman, MA (Yogyakarta), dan Dr. Mardan Umar (Manado), dan Dr. Supian Ramli ( Jambi ). Sementara Pameran Moderasi Beragama bertempat di Hall Rektorat UNY yang memamerkan karya dosen PAI berupa buku, kaligrafi, poster, lukisan, desain dan sejumlah karya lain.
Ketua Panitia KONASPAI V Dr. Syukri Fathudin Ahmad Widodo mengatakan moderasi penting dikemukakan termasuk dalam beragama. “Faktanya masih ada sebagian umat Islam yang memahami dan menafsirkan teks–teks agama secara ekstrem. Bahkan disertai dengan pelumrahan terhadap kekerasan dalam sejumlah kasus,” katanya. Hal inilah yang menjadi latar belakang pentingnya isu moderasi beragama ini diangkat dalam ICIE 2022 dan menjadi fokus bahasan serta diskusi bagi seluruh dosen Pendidikan Agama Islam di Indonesia. (Dedy)