Ketua LPPM UNY, Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes., AIFO dalam sambutannya mengatakan bahwa, “Workshop ini kita dorong untuk semua wilayah di Yogyakarta, dilaksanakan dua sesi. Kemarin sudah dilaksanakan di Kampus UNY Wates yang dilaksanakan secara daring dan luring. Peserta daring dan luring untuk peserta dari Bantul, Kota, dan Sleman. Sedangkan peserta SMK dari Kulon Progo dilaksanakan di Aula Kampus UNY Wates pada hari Jum’at (21/8). Pelaksanaan workshop sekarang ini adalah yang kedua, di Aula Dikpora Kabupaten Gunungkidul yang dilaksanakan secara tatap muka (Sabtu, 22/8).”
Workshop ini terselenggarakan berkat kerjasama LPPM UNY dengan BPM Kab Gunungkidul, Dikpora Kab Gunungkidul, dan Fakultas Teknik UNY. Workshop ini bertujuan,”kita kerja cerdas dan menyenangkan ini semangat etos baru yang kita bangun dalam menjawab tantangan apakah alumni SMK bisa mandiri, bisa menciptakan peluang kerja dan bisa mengatasi berbagai permasalahan?Ini tantangan kita. Pendidikan SMK perlu didorong lebih baik lagi dan lebih berkarya, aku cinta produk Indonesia,”terang Siswantoyo.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Gunungkidul, Bahron Rasyid, S.Pd., M.M., semula mempunyai pertanyaan,”Piye carane ben tingkat pendidikan di Gunungkidul ini meningkat, bisa ndak ada perguruan tinggi di Gunungkidul? Walaupun sudah ada 2 perguruan tinggi. Sehingga bertemu dengan Rektor UNY, maka akhirnya jadilah perguruan tinggi Kampus UNY Gunungkidul. “Itulah caranya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya ada kampus, ada secerah harapan, bagaimana UNY dan SMK dipadukan untuk membangun desa,” terang Bahron.
Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. dalam sambutannya “Kita terlalu suntuk untuk memikirkan lulusan SMK itu kerja industri, sementara desa belum terpikirkan padahal lulusan SMK tidak semuanya tertampung di industri”.
Sutrisna mengatakan, “Saya yakin Gunungkidul nantinya akan menjadi kota satelit pendidikan, Bilamana suatu daerah memiliki perguruan tinggi insyaallah, daerah itu akan maju, karena daerah tersebut akan memiliki spirit untuk sekolah akan meningkat.” SMK di Gunungkidul silakan bersinergi dengan UNY GK, putra terbaik silakan masuk di UNY. “Bilamana ada kesulitan biaya, ada KIP-Kuliah,” jelas Sutrisna.
"Semoga SMK membangun desa ini mampu membuka wawasan kepada anak didik terjun di dua jalur di jalur industri dan jalur desa, akan memiliki fleksibilitas yang tinggi. dan yang kedua spirit anak SMK untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, silakan dimana saja, namun UNY sudah menyediakan kampus vokasi baik di Wates maupun Gunungkidul,” Rektor mengakhiri sambutannya.
Dalam paparannya, Marlock dari Yayasan Peduli SMK, dengan tema Cara Praktis SMK Membangun Desa, mengatakan bahwa “SMK Membangun Desa adalah terobosan masa kini dan mendatang untuk lulusan SMK. Sehingga mampu mengatasi arus balik alumni SMK korban “perceraian massal” di perantauan, mampu mengatasi zero tunggu lulusan SMK langsung beraktivitas tanpa harus merantau mengejar UMR, Disamping itu mampu melahirkanSMK menjadi pusat industri desa meningkatkan pendapatan bruto ekonomi desa dan penggerak ekonomi.”Dengan demikian, lanjut Marlok, “Otomatis menjadi SMK center of excellence dan mandiri mampu menjadi profit center serta SMK berbasis industri.”
Peluang untuk SMK Membangun Desa, dikatakan Marlok bahwa potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta sumber ekonomi di desa belum tersentuh secara profesional. Saat Covid-19 ini banyak industri yang tutup/bangkrut, industri SMK harus BANGKIT. ”
Alumni SMK biarlah mencari rezeki untuk dirinya sendiri bukan untuk menguntungkan orang lain/untuk apa kerja hanya untuk bayar utangnya pengusaha. Lulusan SMK ke depan mampu mengangkat dirinya sendiri sebagai karyawan untuk dirinya sendiri, bukan menjadi beban orang lain. Biarlah industri mencari lulusan SMK”pinta Marlock.
Sebagai narasumber kedua, Dr. Joko Sutrisno dari PT Estima (Mantan Direktur PSMK) menyampaikan materi dengan tema Peningkatan Peran SMK dalam Pengembangan Ekonomi Desa. Sebelumnya menyampaikan paparan lebih lanjut, Joko mengatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan dan./atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. Disamping definisi tersebut, disampaikan pula bahwa desa dapat mendirikan BUM Desa, BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan, BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Lebih lanjut dikatakan,“Teaching factory concept adalah suatu proses pembelajaran yang mengajarkan kepada peserta didik vokasi tentang segala proses yang ada di dalam suatu perusahaan (factory) berupa soft skill dan hard skill mulai dari pembuatan produk/jasa. Memasarkan produk, menetapkan jumlah pekerja, menata keuangan perusahaan, membaca potensi pasar,” dilanjutkan lagi bahwa,”kegiatan teaching factory bisa dilakukan di sekolah atau di lokasi mitra industri,”jelas Joko. Sekolah bisa memproduksi barang, kerjasama mitra dengan BUM Desa. Prinsipnya kemitraan adalah win win (semuanya untung). (Sud).