Sudah Siapkah Kita Menjadi "Peternak" Bahasa dan Sastra Indonesia?

Narasumber

“Peternak” merupakan kata metaforis untuk menggambarkan para akademisi, praktisi, atau pemerhati bahasa dan sastra Indonesia, yang dengannya mereka mendapatkan manfaat, baik manfaat secara ideologis, akademis, maupun profesionalitas. Ada setidaknya enam hal yang dapat diperoleh dari menjadi seorang ‘peternak’ bahasa dan sastra. Pertama, memiliki sikap terbuka terhadap pengalaman baru, dan berani menjelajahi pengalaman serta alternatif-alternatif baru mengenai suatu keadaan. Kedua, memiliki keluwesan berpikir dan berani memilih berbagai pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan dalam menghadapi dan memecahkan persoalan tertentu tanpa mengabaikan tujuan utamanya. Ketiga, memiliki sikap bebas dalam mengemukakan pandangan dan berani membentuk kemungkinan baru berdasarkan suatu objek yang teramati dan terhayati. Keempat, mampu memberdayakan imajinasi dan berani melakukan pencarian alternatif baru berbasis imajinasi. Kelima, mampu menyikapi suatu kegagalan sebagai munculnya tantangan dan situasi serta harapan baru untuk menemukan jawaban yang lebih komprehensif. Terakhir,  tidak ragu-ragu untuk mengemukakan pendapatnya sendiri karena pendapat yang disetujui orang banyak tidak selalu identik dengan kebenaran. Demikian yang disampaikan oleh  Prof. Dr. Suminto A Sayuti, selaku narasumber dalam  kegiatan Seminar Nasional dan Temu Alumni bertajuk “Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai Ruang Kreatif” yang diselenggarakan Senin (20/06) ini.

Menurut Ketua Panitia Kegiatan Seminar, Dr. Ari Kusmiatun, kegiatan seminar yang diselenggarakan secara daring ini dihadiri oleh  hampir 300 peserta dari berbagai daerah dan latar profesi.  Kegiatan seminar ini turut menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Dr. Maman Suryaman (WD I FBS UNY), Dr. Kastam Syamsi  (Koorprodi Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia UNY), dan Risda Nur Widia selaku sastrawan sekaligus alumni S2 PBSI UNY yang sukses dengan ‘beternak’ Bahasa dan sastra Indonesia.  

Dimoderatori oleh Prof. Dr. Wiyatmi, M.Hum. pada sesi pertama dan Dr. Esti Swatika Sari, M.Hum. pada sesi ke dua, ajang seminar hari ini sukses menjadi sarana untuk  saling bersumbang gagasan terkait pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya di Program Magister PBSI UNY. Acara seminar ditutup dengan kegiatan musyawarah bersama untuk memantapkan program kerja para alumni Program Magister PBSI yang dipimpin oleh  Faisal Isnan, M.Pd. selaku ketua alumni.  Faisal Isnan mengatakan bahwa sinergisitas alumni dengan almamater akan berkontribusi positif bagi lembaga maupun masyarakat. “Mari bergabung bersama kami, sukses ”beternak” bahasa dan sastra  di Program Studi Magister PBSI dan Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia UNY,” pungkas Dr. Kastam Syamsi di penutupan kegiatan seminar. (el)