Sus Singkong, Olahan Kekinian yang Disukai Anak Muda

Sus singkong

Singkong (Manihot Esculenta) atau juga akrab dijuluki ubi kayu, merupakan hasil bumi yang cukup dikenal masyarakat Indonesia terutama Jawa. Umbinya sebagai sumber karbohidrat dan daunnya yang dapat diolah menjadi sayur banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan sampingan, bahkan makanan pokok. Olahan umbi singkong yang banyak ditemui adalah sebatas direbus, digoreng atau diolah menjadi tapai. Namun di tangan mahasiswa prodi sarjana terapan Tata Boga Kampus Wates UNY, singkong diolah menjadi makanan kekinian yang akrab di lidah kawula muda. Nurhuda Ihram Faihan mengolah ubi kayu ini menjadi kue sus dengan tampilan milenial yang tidak memalukan untuk tersaji di kedai kopi masa kini.

Menurut pria kelahiran Sleman, 28 Januari 2001 tersebut pilihannya membuat kue sus dari tepung singkong karena tepung singkong memiliki banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh seperti sebagai sumber energi yang baik, membantu menjaga dan meningkatkan sistem imunitas tubuh, memperlancar pencernaan, mempercepat regenerasi sel, mencegah penuaan dini, serta baik sebagai menu diet sehat. “Tepung singkong memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mudah didapat dan belum banyak dimodifikasi” katanya. Dengan memodifikasi kue sus menggunakan tepung singkong harapannya agar tepung singkong bisa terkenal luas ke masyarakat, karena tidak hanya tepung terigu saja yang bisa untuk membuat kue sus tetapi tepung singkong juga bisa. Penggunaan tepung singkong ini bisa terkenal luas ke masyarakat dan bisa mensejahterakan para petani singkong khususnya di wilayah Yogyakarta.

Warga Surokerten, Selomartani, Kalasan, Sleman tersebut tidak segan berbagi ilmu dalam membuat sus dari tepung singkong ini.  “Terbagi menjadi dua jenis, yaitu [embuatan kulit dan isi vla-nya” kata Nurhuda. Bahan kulit terdiri dari air, butter/margarine, garam, tepung terigu, tepung singkong dan telur. Cara pembuatannya panaskan air, butter dan garam sampai mendidih. Masukan tepung sambil di aduk hingga kalis lalu matikan api dan biarkan sampai hangat. Masukan telur sambil diaduk sampai licin mengkilap, cetak dalam wadah atau loyang kemudian bakar dalam oven dengan suhu 170 derajat celcius api atas bawah selama 35-40 menit. Bahan vla-nya terdiri dari susu UHT plain, gula pasir, tepung maizena, margarine, kuning telur dan vanilla essens. Cara pembuatan vla,  masukkan susu, gula pasir dan tepung maizena lalu diaduk rata, tambahkan telur lalu masukkan margarine, vanilla essens dan aduk hingga tercampur. Panaskan menggunakan kompor dengan api sedang hingga adonan mengental. Setelah mengental angkat dan masukan dalam wadah untuk vla. Menurut Nurhuda, dia menggunakan 30% substitusi tepung singkong pada olahannya tersebut sehingga sus singkong memiliki tekstur lembut, berongga dan ringan dengan bentuk yang unik dan bertopping buah yang mengundang selera.

Koordinator prodi sarjana terapan Tata Boga UNY Kampus Wates Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd mengatakan bahwa karya mahasiswa berupa sus singkong ini dalam rangka mengangkat potensi bahan makanan khas Kulonprogo di kancah nasional sehingga dikenal luas. “Karena inovasi terhadap produk bahan pangan lokal masih kurang sehingga produk yang dihasilkan belum diminati” katanya. Oleh karenanya prodi sarjana terapan Tata Boga Kampus Wates mengadakan festival makanan dengan menggunakan bahan lokal Kulonprogo agar lebih dikenal masyarakat. Karya ini merupakan salah satu wujud komitmen UNY dalam ketahanan pangan serta pendidikan bermutu dalam sustainable development goals. Salah satu prosesnya adalah melalui penyediaan fasilitas cooking dan pembelajaran yang sesuai dengan minat mahasiswa. Dampaknya adalah mahasiswa dapat berkarya dan berkreasi serta lebih kreatif dalam mengolah suatu bahan pangan. (Dedy)