Prodi S1 PGSD dan Prodi S2 Pendidikan Dasar FIP UNY berkolaborasi menyelenggarakan Seminar Nasional Daring dengan Tema Peran Pendidikan Dasar untuk Kebangkitan Nasional : Ragam Perspektif Dalam Inovasi Era Digital, Rabu, 2 Juni 2021, dilaksanakan secara luring dan daring menggunakan Zoom Meeting dan Live Youtube FIP UNY Official Channel.
Tiga narasumber yaitu Bapak Dr. Idam Ragil Widianto Atmojo, S.Pd., M.Si. dari Univesitas Sebelas Maret, Ibu Dr. Zubaidah Amir MZ, M.Pd. UIN Suska Riau, dan Ibu Dr. Aprilia Tina Lidyasari,M.Pd., dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Dr. Idam menyampaikan materi terkait dengan Teknologi Pembelajaran dalam Inovasi di Era Digital. Mengawali paparanya, Dr Idam menjelaskan terkait dengan dampak revolusi industri 4.0 terkait dengan dunia pendidikan. “Untuk menghadapi perkembangan teknologi tersebut, ada skill yang harus dimiliki dalam pembelajaran abad 21, diantaranya 7 Cs (Critical Thinking and Doing, Crativity, Collaboration, Cross-cultural Understanding, Communication, Computing, Career & Learning Self Reliance), 3 Rs (Risk Taking, Reflectiveness, Resilience), 3 Ms (Made for Everyone, Meaningful, Motivation)", papar Idam.
Teknologi yang biasa digunakan dalam pembelajran saat ini whatsapp, zoom, google meet, Edmodo, google classroom. “Terkait dengan inovasi pada teknologi pembelajaran yang dapat dilakukan pertama mengimplementasikan model pemebelajaran inovatif dalam Learning Manajemen System (LMS), kedua, memodifikasi model pembelajaran selaras dengan perkembangan”, terangnya.
Pembelajaran adaptif yaitu proses pembelajaran dengan menyesuaikan kondisi, kebutuhan, dan lingkungan ssiswa sehingga terjadi penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Proses adaptif dilakukan dengan mempertimbangkan dalam proses mendesain pembelajaran. Pembelajaran modifikatif adalah model pembelajaran yang bervariasi sehingga pembelajaran inovatif dan lebih menyenangkan.
Pemateri kedua oleh Ibu Dr. Zubaidah Amir MZ, M.Pd, dari UIN Suska Riau, terkait dengan Persepsi Guru dalam Inovasi Pembelajaran di Era Digital. Ibu Ida, panggilan beliau, menerangkan bahwa guru sebagai pendidik zaman sekarang, di era teknlogi digital harus memiliki kemampuan dalam memahami karaktertistik peserta didik di era digital. Guru profesional berdasarkan UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, ada 4 kompetensi mengarah pada peningkatan kemampuan pemanfaatan teknologi.
“Penggunaan teknlogi era digital dalam proses pembelajaran dilakukan karena beberapa alasan, pertama tuntutan zaman perubahan era digital dan era pandemi yang mengharuskan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), kedua tantangan sebagai guru professional, memiliki wawasan, ketertarikan, kepeduliam, kepekaan, kesukaan, serta kemampuan dan ketrampilan dalam menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran, ketiga kebutuhan dan karakteristik peserta didik generasi Z yang suka tantangan, terbuka akan perubahan, inovasi dan kreatifitas, keempat tuntutan life skill dan 4C (critical, creative, collaborative, communicative)”, jelas Ida.
Dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., selaku pemateri ketiga memaparkan terkait dengan Perspektif Anak dan Orang Tua dalam Inovasi di Era Digital. Menurut Aprilia, inovasi di era digital bagi persepsi anak dan orang tua dapat memberikan berbagai kemudahan sakaligus memberikan berbagai tantangan.
“Bagi anak, media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di di era digital ini mampu memperjelas urian materi yang disampaikan guru, juga menfasilitasi kebutuhan siswa akan belajar yang menantang, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sumber belajar terbuka luas, bisa diakses lebih cepat, lebih efektif dan efisien, sistem pembelajaran yang saling terintegrasi, pengetahuan, karakter , digital seiiring dengan pembelajaran abad 21. Hal ini sesuai dengan prinsip – prinsip pembelajaran di SD." paparnya.
Sedangkan tantangan yang dihadapi anak, beberapa diantaranya yaitu, meski internet technology (IT) menyenangkan/fokus pada proses, sehingga kurang memperhatikan tujuan belajar, ingin segera mencapai tujuan sehingga dibuat praktis dan tentunya perlu arahan dari guru. Secara emosi cepat berubah, anak mudah bosan.
Persepsi orang tua dalam inovasi digital memberikan kemudahan bagi orang tua dalam mendampingi proses belajar anak. Orangtua memiliki pengalaman merasakan menjadi pendidik sekolah, orantua cepat memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga bisa memberikan pendampingan belajar anak saat KBM. Sedangkan tantangan yang dihadapi orang tua secara umum tergantung pada tingkat ekonomi, kondisi geografis, kondisi sosial dan pendidikan keluarga.
Seminar nasional ini dimoderatori oleh Woro Sri Hastuti, M.Pd., Dosen PGSD FIP UNY. Peserta yang hadir 1.080 orang, terdiri dari guru - guru di seluruh Indonesia, mahasiswa S1 dan S2, serta dosen FIP UNY.
Ketua Panitia, Dr. Yoppy Wahyu Purnomo, M.Pd. menjelaskan bahwa tema ini diambil karena moment kebangkitan nasional, hal ini relevan dengan kondisi saat ini, terkait dengan pandemi Covid-19. “Kami melihat perspektif tools/alat, perpektif anak dan orang tua, perspektif guru, bagaimana solusi dan inovasi era digital. Oleh karena itu kami mengundang 3 narasumber untuk memberikan perspektif kepada peserta seminar ini”, jelasnya.
Dekan, FIP UNY, Dr. Sujarwo, M.Pd. mengucapkan terimakasih kepada ketiga narasumber, atas kesediaannya daalam memberikan materi seminar ini, kepada segenap panitia dan peserta seminar Sujarwo mengingatkan bahwa beberapa hari yang lalu ketika Gubernur DIY menjadi narasumber Pidato Ilmiah Upacara Peringatan Dies Natalis ke-57 Universitas Negeri Yogyakarta, Gubernur dalam pidatonya menyampaikan konsep Renaissance, bahwa pendidikan kita ini hendaknya dibangun dari keprajan, dari kampus , dan dari kampung.
“Artinya bahwa pendidikan di Jogja ini hendaknya memiliki kekhasan yang tidak boleh ditinggalkan. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat potensial dan sangat strategis di dalam mewariskan, dalam memelihara nilai-nilai demokrasi yang sangat tinggi meskipun gempuran teknologi yang begitu hebat setiap detik muncul aplikasi yang aplikasi baru kemudian muncul media-media baru. Namun saya mohon Bapak Ibu pengelola Dikdas ini tetap bertahan nilai-nilai edukasi tidak hanya bisa ditolong oleh teknologi namun yang lebih mendasar adalah teknologi hendaklah yang harus mendasarkan pada nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan secara humanistis”, kata Sujarwo, saat membuka kegiatan Seminar Nasional ini. (rit)