PEKSI REPELLENT MACHINE : ALAT PENGUSIR BURUNG BUATAN MAHASISWA UNY

PEKSI REPELLENT MACHINE : ALAT PENGUSIR BURUNG BUATAN MAHASISWA UNY

Penurunan hasil panen padi di beberapa daerah mengalami penurunan. Salah satunya dirasakan oleh Mudiyono, anggota Kelompok Tani Sido Rukun di Dusun Padangan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta. Menurut penuturan Mudiyono, penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh serangan burung  yang memakan bulir padi yang sudah memasuki masa masak susu kurang lebih rata-rata sebanyak 5 gram sehari.

Metode yang dipraktikkan dalam upaya pengusiran serangan hama burung oleh petani sejauh ini sebatas penggunaan jaring-jaring dan pemanfaatan orang-orang sawah. Akan tetapi, metode ini dipandang tidak efektif dan efisien sebab membutuhkan waktu penjagaan yang tidak sedikit juga serangan hama burung yang sangat variatif.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh Mudiyono tersebut, maka mahasiswa UNY yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) membuat alat pengusir burung yang diberi nama “Peksi Repellent Machine”. Para mahasiswa tersebut yaitu Leni Widyastuti (Biologi), Nur Intan Permatasari (Biologi), Anggoro Fajar Dwi U (Pendidikan Teknik Mekatronika), Abdul Rosyid Hidayatullah (Fisika), Hidayati Nur Hakimah (Pendidikan Ekonomi) dengan dosen pendamping Ariadie Chandra Nugraha, MT.

Leni Widyastuti menjelaskan, kata Peksi  berasal dari Bahasa Jawa yang berarti burung. Jadi alat Peksi Repellent Machine  ini memang dibuat untuk mengusir hama burung.  Dalam rancang bangun alat ini, kami memperhatikan ilmu sains yang ada diantaranya memperhitungkan jangkauan alat yaitu jangkauan sensor dan jangkauan speaker. Selain itu juga memperhitungkan daya alat.

“Jika alatnya di ON kan menggunakan aplikasi, maka alat tersebut dapat mendeteksi  burung menggunakan sensor  RCWL. Sensor ini merupakan  microwave motion sensor  yang dapat mendeteksi keberadaan burung dengan mengirimkan gelombang mikro. Sensor ini mendeteksi  keberadaan burung menggunakan pergerakan burung yang mampu mengubah  sinyal yang diterima oleh sensor ini”, lanjutnya.

Selanjutnya, tambah Leni,  alat akan mengeluarkan suara ultrasonik. Di samping hal tersebut, ketika alat mendeteksi burung, maka alat tersebut akan melaporkan sebuah notifikasi ke telegram. Jadi untuk pemantauannya menggunakan telegram.

“Kami membuat buku panduan untuk mempermudah pengoperasiannya, sehingga petani mudah mengoperasikan alat tersebut”, terangnya . (witono)