PON XX Papua dirasakan sebagai berkah tersendiri bagi pasangan Andreas Tulus Pambudi dan Yogi Adi Purnama karena mereka berhasil meraih medali perunggu cabang olahraga kempo kategori Embu Pasangan Pa Kyukensi. Selain itu pasangan ini juga diterima pada program studi D4 Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi UNY angkatan 2021. Para mahasiswa baru tersebut diterima melalui jalur seleksi mandiri.
Yogi Adi Purnama berkisah baru pertama kali terjun di event nasional. “Mental saya waktu bertanding saya agak grogi karena saat Pra PON mendapat peringkat 4” katanya. Namun berkat rangkulan pelatih dan tim yang memberi semangat dan kepercayaan dia dapat melawan rasa keraguan tersebut sehingga bisa naik podium dan mendapat perunggu. Tentang persiapan yang dilakukan sebelum maju ke PON XX, Yogi mengaku yang pertama adalah membentuk mindset juara dengan berlatih lebih keras agar mencapai yang diimpikan sekaligus mempersiapkan fisik dan teknik dengan matang. Andreas Tulus Pambudi mengatakan bahwa mereka ikut Pelatda di Desa Logandeng Playen Gunungkidul sejak April hingga Oktober 2020. “Kami banyak berlatih fisik mulai dari jogging, berlatih kelincahan, berenang dan variasi latihan fisik yang lain” kata Andreas. Dia memaparkan bahwa dalam pertandingan kempo PON XX ada 2 nomer yang dipertandingkan yaitu randori/fight dan embu/seni. Dimana dalam nomor fight itu jika point menendang di bagian pelindung dan berbunyi makan mendapat point, sedangkan dalam nomor embu/seni itu rangkaian dari teknik dasar digabung menjadi satu. Menurut Andreas cuaca di Papua sangat berbeda dengan DIY. Di Papua ini mereka merasakan panas, namun saat di DIY pelatih telah mengajarkan cara beradaptasi yaitu mengintruksikan untuk lari siang, sehingga bisa sedikit menyesuaikan dengan cuaca di Papua. Pelatih Kempo DIY, Agung Wibowo mengatakan capaian ini sudah sesuai dengan target mereka karena di babak kualifikasi, Yogi dan Andreas mendapatkan peringkat empat. Mereka juga menurutnya potensial untuk dikembangkan lagi di PON 2024 mendatang karena saat ini usia mereka masih muda.
Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta. Sejarah Kempo sendiri berasal dari Jepang sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri. Falsafahnya semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo bahwa ‘perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain’. Doktrin ini mempengaruhi pola susunan beladiri, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan. Kempo mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja, cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan. (Dedy)