Pembelajaran Daring yang telah berlangsung hampir 2 tahun, baik di tingkat sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi sedikit banyak memberikan dampak sosial bagi interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Proses pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, dengan berbagai interaksi secara langsung yang terjalin, menjadikan pendidik dan peserta didik memiliki kedekatan emosional guna mendukung proses pembelajaran. Interaksi juga terjalin diantara sesama peserta didik, dengan cara saling bertukar cerita tentang kesulitan yang dihadapi selama mengikuti pelajaran. Kemudian, pandemic Covid-19 hadir dengan kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah (BDR) mulai bulan Maret 2020 pada semua jenjang Pendidikan, menjadikan proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara langsung melainkan melalui media, baik secara sinkron maupun asinkron. Pendidik dan peserta didik diharuskan melaksanakan pembelajaran dari rumah masing-masing, yang menjadikan berkurangnya interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, maupun antar peserta didik. Dampak sosial seperti ini juga terjadi pada level pembelajaran di perguruan tinggi. Interaksi antar dosen dan mahasiswa berkurang drastic, digantikan dengan interaksi melalui media seperti melalui aplikasi Chat dan media sosial. Seiring berjalannya pembelajaran daring yang hampir menginjak 2 tahun ini, penggunaan aplikasi chat dan media sosial semakin dirasa tidak bisa menggantikan interaksi secara langsung. Proses pembelajaran daring yang juga mengurangi kegiatan sosialisasi dengan teman dan dunia sekitar, menjadikan mahasiswa mengalami gejala stress dan anxiety. Terlebih lagi, mahasiswa berada di rumah masing-masing dan jarang bercerita untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi, seperti yang biasa dilakukan pada masa pembelajaran secara luring. Kebosanan mengikuti pembelajaran daring, kebutuhan akan sosialisasi dan interaksi secara langsung yang tidak terpenuhi, paparan media sosial yang terlalu intens, menjadikan mahasiswa banyak mengalami gejala stress dan anxiety sebagai dampak tidak langsung dari adanya pembelajaran daring.
Berdasarkan kondisi tersebut, Prodi Pendidikan Sosiologi merasa perlu melakukan sesuatu sebagai sarana menyediakan pelayanan bagi mahasiswa, salah satunya dalam bentuk kegiatan yang menyasar aspek afeksi. Maka, dibentuklah program rutin berupa Curhat Bersama Sosiologi (CBS) yang diadakan setiap 2 minggu sekali pada hari Kamis pukul 19.00 WIB - selesai melalui Zoom Cloud Meeting. Program ini bersifat bebas dan santai, dimana mahasiswa bisa mengikuti acara ini apabila membutuhkan sarana untuk bercerita tentang permasalahan yang dihadapi, baik pada ranah akedemik, keluarga, maupun masalah pribadi lainnya. Program ini dibersamai oleh satu atau dua dosen dari Prodi Pendidikan Sosiologi, untuk bisa mendengarkan keluhan, cerita, maupun saling memberi semangat bagi setiap mahasiswa. Program ini tidak terikat pada jumlah peserta, karena akan tetap berlangsung walaupun hanya satu atau dua mahasiswa yang bergabung pada acara CBS ini. Pada beberapa kesempatan, program CBS juga mengundang mahasiswa dari Jurusan Psikologi sebagai "teman curhat" yang memiliki kapasitas untuk memberikan penguatan dan saran pada mahasiswa yang sedang mengalami gejala stress dan gejala anxiety. Mahasiswa memberikan tanggapan positif atas program CBS yang sudah berlangsung selama 6 kali dan masih terus berjalan. CBS ini menjadi sarana untuk mengungkapkan keresahan dan permasalahan yang dihadapi dan mungkin tidak bisa diceritakan kepada orang lain. Mahasiswa juga dapat menentukan, apakah cerita yang akan
disampaikan dalam program CBS ini, dapat didengar juga oleh mahasiswa lain, atau hanya ingin bercerita dengan dosen yang membersamai.
Harapannya, dengan program CBS ini mahasiswa dapat memiliki tempat untuk mengungkapkan segala keresahan, kekhawatiran, maupun berbagai macam emosi yang dirasakan sehingga dapat dicari jalan keluarnya secara bersama-sama dan tidak mengarah pada penyelesaian yang bersifat negative (Sasi).