Masih banyak orang tua atau guru, terutama guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani yang belum menyadari bahwa kegiatan olahraga seharusnya tidak hanya fokus pada perkembangan fisik semata, tetapi harus pula menyentuh aspek- aspek yang lain yang juga tidak kalah penting, yaitu aspek psikologis, sosial, dan spiritual.
“Adanya mata pelajaran Pendidikan Jasmani diharapkan mampu membangun mental serta fisik anak supaya menjadi tangguh dan siap siaga menghadapi situasi apapun itu, seperti bencana alam yaitu banjir, tsunami, longsor, gempa maupun bencana non alam seperti misalnya Pandemi Covid- 19 yang terjadi saat ini, atau bencana sosial misal Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan bullying di sekolah”, demikian disampaikan Prof. Soni Nopembri, M.Pd., Ph.D, saat dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Jasmani Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (FIK UNY) di Auditorium UNY, Sabtu (19/6) ketika membacakan pidato ilmiahnya yang berjudul "Pendidikan Jasmani Dalam Pembentukan Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Anak".
“Contohnya ketika terjadi bencana alam, anak yang sudah terlatih fisik dan mentalnya tentu tidak akan panik, mampu mencari jalan keluar dan setelah kejadian juga tidak akan mengalami trauma”, demikian ucapnya.
Ada pula contoh lain, ketika anak tiba- tiba terpeleset di lantai, anak yang terbiasa berlatih fisik akan lebih kuat menahan sakit sehingga tidak akan merajuk atau menangis.
Menurutnya, pendidikan jasmani tidak hanya melulu pada kegiatan olahraga saja tapi banyak aktivitas fisik lain yang bisa dilakukan anak dan sifatnya seperti permainan yang menyenangkan sehingga anak tidak jenuh namun memberikan dampak positif bagi anak.
Ada berbagai jenis permaian tradisional yang akan menarik untuk anak seperti Gobak Sodor, lompat tali, petak umpet, dan beberapa permaianan lainya. Dalam permaian Gobak Sodor anak dilatih untuk lincah melihat peluang agar bisa memasuki penjagaan berlapis yang dibuat temanya begitu pula dengan lompat tali anak dilatih untuk bisa berlatih melompat tinggi yang tentu membutuhkan fisik yang kuat.
Ada juga permaian yang sifatnya Psikososial yaitu mengajarkan anak untuk belajar bekerja sama seperti permainan “ semut dan katak”, dimana salah satu anak menjadi katak dan lainya menjadi semut. Ketika sang semut terbaring lemah dikalahkan atau hampir dimakan oleh sang katak, maka semut yang lainya akan berbondong- bondong menyelamatkan temanya yang tidak berdaya. makna yang terkandung dalam permainan tersebut adalah pentingnya kerja sama dan gotong royong dalam kehidupan.
Beberapa aktivitas fisik berwujud olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, tenis dan olahraga lainya selain dapat menciptakan jiwa yang kuat juga dapat menciptakan semangat kompetitif bagi anak sehingga mau bekerja keras dan berlatih untuk menang.
Dengan rutinya anak berlatih fisik, maka tubuhnya akan kuat serta sehat, dan akhirnya mampu mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan Tuhan, disinilah salah satunya jiwa spiritualitas terbangun.
Kedepanya, Profesor Soni berharap para Guru Terutama guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani lebih aktif merancang program dan mengimplementasikan keilmuanya untuk pengembangan fisik dan mental anak yang didapat melaui berbagai kegiatan baik itu olahraga atau aktivitas fisik lainya. (Khairani Faizah)