KAMPUNG AKSARA DIGITAL (KADAL) TINGKATKAN KUALITAS SDM

KAMPUNG AKSARA DIGITAL (KADAL) TINGKATKAN KUALITAS SDM

UNESCO menjelaskan bahwa membaca dapat meningkatkan kualitas individu masyarakat dalam suatu negara. Namun, Indonesia termasuk negara dengan minat baca atau literasi yang rendah. Menurut studi “Most Literate Nation in The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 mengenai minat baca, Indonesia menempati posisi ke-60 dari 61 negara. Selain itu, Programme for International Student Assesment (PISA) menyatakan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia sangat buruk dalam kancah internasional yaitu menempati posisi ke-64 dari 65 negara (okezone.com, 2017). Dengan latar belakang tersebut, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Novi Dwi Astuti C (Administrasi Publik/2017), Nia Andriyani (Administrasi Publik/2017), dan Ikhwan Khoiruddin (Administrasi Publik/2017) membuat karya tulis ilmiah berjudul “KADAL (Kampung Aksara Digital) Sebagai Gerakan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di Pinggiran dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045”.
Ikhwan Khoiruddin menerangkan bahwa karya tersebut dikompetisikan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS Universitas Negeri Malang belum lama ini. LKTIN yang diikuti oleh berbagai universitas negeri dan swasta di Indonesia tersebut mengusung tema "Peran Generasi Digital dalam Mewujudkan Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045". Dalam lomba tersebut, tim mahasiswa FIS UNY berhasil menyabet juara III.
Lebih lanjut Ikhwan Khoiruddin menerangkan bahwa KADAL merupakan kampung dimana setiap sudutnya terdapat tulisan atau aksara. Tulisan dipasang di berbagai lokasi yang strategis serta dikemas dalam bentuk yang menarik, diantaranya adalah dengan mengecat jalan, dinding rumah, pagar, dan lain sebagainya dengan menggunakan bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa. Tujuan dibentuknya KADAL adalah untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat desa dan menjadikan membaca sebagai sebuah budaya di masyarakat.
Mahasiswa Administrasi tersebut menambahkan, tulisan berupa kutipan dari buku yang dituliskan ke tembok atau media lainnya. Setiap kutipan dilengkapi dengan kode QR dan dapat dipindai menggunakan smartphone sehingga terhubung dengan isi buku secara keseluruhan. Selain dengan model pengecatan, KADAL juga mengkonsep penulisan pada papan kayu, kertas dan sebagainya yang dapat dipindai dengan kode QR.
“Tidak semua mampu dan memiliki teknologi seperti gedget. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam KADAL ini juga dibuat perpustakaan mini dengan bentuk seperti pos baca menyerupai pos ronda sebagai salah satu fasilitas bagi anak-anak untuk membaca buku secara offline” imbuhnya (Eko)