MAHAMERU: BERKONTIBUSI UNTUK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL

MAHAMERU merupakan akronim dari Mahasiswa Mersudhi Bhuana yaitu organisasi pencinta alam yang berada di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY). Mahasiswa Mersudhi Bhuana sendiri memiliki arti mahasiswa yang peduli terhadap bumi baik lingkungan alam dan lingkungan sosial (masyarakat). MAHAMERU didirikan pada tanggal 27 Juli 2005 oleh beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY ketika kedua fakultas tersebut masih bergabung.

Ketua umum MAHAMERU periode 2018-2019, Amin Setianto, menjelaskan bahwa embrio berdirinya MAHAMERU berawal dari kegiatan Escarpment yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG) pada akhir era 90-an. Beberapa waktu berselang, mahasiswa FISE UNY (waktu itu) menyatakan membentuk suatu organisasi mahasiswa pencinta alam di tingkat fakultas. Sayap eksistensi MAHAMERU kemudian lebih dilebarkan dengan dilaksanakannya Launching pada tanggal 20 Februari 2007 yang saat itu dihadiri oleh seluruh perwakilan Ormawa FISE UNY dan perwakilan pencinta alam di DIY beserta Sekertariat Bersama Perhimpunan Pencinta Alam DIY (Sekber PPA DIY).

 “Saat ini jumlah anggota MAHAMERU sudah mencapai angka 138 yang terdiri dari anggota biasa (umumnya merupakan mahasiswa FIS UNY) dan seorang anggota kehormatan. Selain adanya pengurus inti, berjalannya kepengurusan dibantu dengan adanya Biro Infokom, Biro Logistik, Divisi Lingkungan Hidup, Divisi Gunung Hutan, dan Divisi Arung Jeram” imbuh Amin Setianto

Mahasiswa FIS tersebut menambahkan, MAHAMERU memiliki peran dan manfaat tersendiri bagi mahasiswa FIS UNY. Sesuai dengan visi dan misi MAHAMERU, anggota diharapkan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berbakti kepada bangsa dan negara; memiliki rasa kepekaan sosial yang tinggi; dan peduli terhadap kondisi lingkungan alam. Dengan demikian, MAHAMERU dapat mendorong mahasiswa untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam berbagai kegiatan sejak awal berdiri hingga saat ini. Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain pendidikan dasar dan pendidikan lanjut yang diselenggarakan setiap tahunnya; pendakian-pendakian berbagai gunung dengan ditunjang kegiatan reboisasi dan bersih gunung; berbagai seminar mengenai konservasi Sumberdaya Air, konservasi kawasan Karst, fungsi hutan di Gunung Sindoro serta seminar pendakian aman bagi penggiat alam. Selain itu, MAHAMERU juga turut berpartisipasi pada kegiatan kepencinta-alaman seperti pengkaderan konservasi dan berbagai pelatihan; melaksanakan kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup seperti di SD Negeri Tlacap (Sleman) dan SD N Karangmulyo (Yogyakarta); menggalang dan memberikan bantuan untuk korban bencana alam di beberapa tempat di Indonesia; dan berbagai kegiatan sosio-natur lainnya.

Anggota MAHAMERU, lanjut Amin Setianto, memiliki beberapa prestasi baik dalam bidang akademik dan juga kepencinta-alaman. Dalam bidang akademik banyak anggota yang berhasil lolos dalam penelitian FIS, SUG, maupun PKM meski bukan sepenuhnya dibimbing dari tim khusus MAHAMERU. Dalam bidang pencinta alam, MAHAMERU pernah mendapatkan Juara 1 dalam Lomba Besih Gunung Merbabu yang diselenggarakan oleh Wahana Pencinta Lingkungan Hidup Politeknik Semarang pada tahun 2014. Pada tahun 2016, MAHAMERU yang saat itu diwakili oleh Toffan Hussein (M-VI/ 049) mendapatkan Juara 3 Kategori Peta Gua Tematik pada acara Stasiun Nol Festival. “Tak hanya itu, pada tahun  2017, MAHAMERU mendelegasikan Dwi Ningsih (M-X/ 100) untuk bergabung dengan Tim Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) DIY yang pada akhirnya mampu menyabet gelar juara umum kelas Women Open pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Arung Jeram 2017 di Sungai Progo” tutupnya (Eko).