Afif Ghurub Bestari, M.Pd., seakan tidak pernah kehabisan ide dalam melahirkan karya busana. Setelah meraih berbagai sukses dengan tim Karnaval-nya baik diajang nasional maupun internasional. Kali ini, dosen Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ini kembali menghentak dalam Pagelaran busana bertajuk “Tromgine” (The role of Millenial Generation in Nature Environment) pada pertengahan bulan April 2019 di Auditorium UNY dengan menampilkan set busana mengambil inspirasi dari Dumbo, sebuah film yang baru-baru ini rilis ulang di bioskop-bioskop.
Dalam karya terbarunya ini, Afif memberi judul “Kalbudambo” dimaknai sebagai karya sepenuh hati atau kalbu selayaknya Dumbo yang terdiri dari tiga set busana pria, dan enam set busana wanita. Dumbo sendiri merupakan film animasi klasik koleksi Walt Disney Studios yang diinterpretasi ulang ke dalam format live action.
Afif menceritakan bahwa Dumbo merupakan seekor anak gajah sirkus yang memiliki telinga sangat lebar sehingga penampakannya jauh berbeda dengan gajah pada umumnya dam kerap menjadi bahan ejekan di lingkungannya. “Memiliki telinga lebar tentu tak lazim untuk gajah sirkus hingga Dumbo diasingkan dan dipisahkan dari induknya,” tutur Afif.
“Namun, sapa sangka, telinga besar tersebut ternyata membuatnya dapat terbang, hingga membuat Dumbo terkenal dan bisa kembali bertemu ibunya,” lanjut Afif
Menurut Afif, cerita tersebut memiliki pesan moral yang sangat kuat yakni tidak harus sama karena dengan berbeda bisa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Itulah yang coba ditampilkan Afif dalam koleksi terbarunya ini.
“Bahwa tak selalu tokoh cerita khayal anak - anak terwujud pula dalam busana anak-anak. Sembilan set Kalbudambo, seluruhnya diperuntukkan remaja hingga dewasa muda,” lanjut Afif.
“Penerapan sumber inspirasi pun tak semata sebagai motif atau bentuk yang mengarah pada sosok nyata anak gajah sirkus. Namun lebih disesuaikan dengan realita kebutuhan dan fungsi suatu busana,” ujar Dosen Pembimbing UKM Karnaval Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ini.
“Sehingga, jika tidak mengenakan headdress akan menjadi busana ready to wear,” bebernya
Dalam meralisasikan konsep busananya ini, Afif menggunakan bahan velvet, tulle, vitrage, tafetta dan rawsilk. Melalui konsep busana ini, Afif ingin menunjukkan bahwa inspirasi suatu design busana pesta dapat berasal dari apa saja dan dari mana saja. “Ide fashion itu sangat luas dan tak terbatas, sehingga sebagai desaigner kita harus membebaskan pikiran kita,” tutup Afif. (hryo)