Gotong-royong merupakan kata yang sering melintasi hampir sebagian besar telinga masyarakat Indonesia. Hal ini karena gotong-royong memang telah ada sejak zaman dahulu. Saat ini gotong-royong sudah hampir jarang ditemui seperti dulu karena kesibukan masyarakat yang membuat masyarakat acuh ataupun lebih memilih membantu secara material saja. Padahal gotong royong memiliki fungsi sebagai media berinteraksi yang dapat membantu mencegah disintegrasi sosial.
Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi tim PKM (Penelitian Sosiohumaniora) PSH UNY yang beranggotakan Febriani dari Pendidikan Fisika 2017, Adhis Tessa (Pendidikan Sosiologi) dan Ridho Utami (Fisika) dengan dosen pembimbing Wipsar Sunu Brams Dwandaru, Ph.D., untuk mengetahui lebih dalam mengenai pergeseran nilai gotong royong yang terjadi saat ini serta memprediksi pola hidup yang terjadi dengan adanya pergeseran tersebut berdasarkan pemodelan Totally Asymetric Simple Exclusion Process (TASEP) pada Termodinamika.
Febriani menerangkan, pergeseran nilai gotong-royong disajikan dalam sebuah peta yang melihat pergeseran secara spasial untuk saat ini dan pergeseran terhadap waktu sejak tahun 1999 hingga saat ini.
“Prediksi untuk mengetahui pola hidup masyarakat yang terbentuk dari pergeseran nilai gotong-royong diperoleh pemodelan TASEP. Penelitian ini diarapkan dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai kearifan local gotong-royong sebagai media untuk mencegah disintegrasi bangsa,” lanjut Febriani. (witono)