Tiga mahasiswa UNY terdiri dari Tara Belinda (Ilmu Komunikasi), Arif Hidayat (Ilmu Komunikasi), dan Adesta Feby Putri Setiadi (Ilmu Sejarah) mengembangkan dan menerbitkan kamus bahasa Serawai, salah satu bahasa daerah di Bengkulu Selatan.
“Alasan utama penulisan kamus ini karena keresahan kami terhadap bahasa-bahasa daerah yang mulai ditinggalkan, khususnya bahasa Serawai. Di Bengkulu Selatan sendiri, bahasa Serawai mulai terdengar asing, karena lebih didominasi bahasa Rejang (Bahasa Provinsi Bengkulu),” ujar Adesta, Selasa (9/7/2019).
Penelitian dari Summer Institute of Linguistic (SIL) mencatat bahwa jumlah bahasa daerah di Indonesia bahkan mencapai 742 ragam, yang menempatkan Indonesia pada urutan kedua sedunia sebagai laboratorium keanekaragaman bahasa di dunia. Namun, sebagian besar dari bahasa-bahasa tersebut terancam punah. Bahkan para ahli bahasa memprediksi bahwa setengah dari bahasa-bahasa di dunia akan punah. Di Indonesia, lebih dari 700 dari 742 bahasa daerahnya ternyata terancam punah karena generasi muda enggan menggunakan bahasa tersebut.
“Bahasa Serawai pun akan punah jika generasi muda, sebagai penutur masa depan bahasa Serawai mulai meninggalkannya sedikit demi sedikit,” ujar Arif, Rabu (10/7/2019).
Oleh sebab itu, kelompok mahasiswa UNY tersebut melakukan penelitian untuk menganalisis tingkat pemahaman bahasa Serawai masyarakat Bengkulu Selatan di berbagai tingkat usia. Luaran dari penelitiannya berupa buku kamus bahasa Serawai yang berangkat dari keperihatinan dan kebutuhan masyarakat Bengkulu Selatan terhadap pemeliharaan bahasa daerah setempat.
“Apalagi peran pemerintah dalam melestarikan bahasa Serawai juga kurang, seperti tidak adanya buku kamus Bahasa Serawai di Bengkulu Selatan. Dilatarbelakangi keprihatinan bahasa Serawai yang cenderung akan punah, maka kami tertarik menjadikan bahasa Serawai tersebut menjadi objek penelitian kami,” tambah Adesta.
Pengembangan kamus bahasa Serawai diharapkan sebagai upaya menjaga dan melestarikan bahasa daerah di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Bengkulu Selatan. (Muhammad Abdul Hadi/JK)