Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) akan menerima gelar Doktor Kehormatan bidang Teknologi dan Pemberdayaan Masyarakat Vokasional dari UniversitasNegeri Yogyakarta. Penganugerahan gelar tersebut menurut rencana akan dilaksanakan pada Sabtu (1/8) di Auditorium UNY. Promotor penganugerahan gelar Doktor Kehormatan tersebut adalah Prof. Dr. Mohammad Bruri Triyono, M.Pd. dengan co-promotor Prof. Dr. Marsigit., MA. Menurut Promotor Prof. Dr. Mohammad Bruri Triyono, M.Pd., kemampuan promovendus dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) secara akademik dalam bidang vokasional baik formal maupun non-formal telah banyak ditunjukkan meskipun latar belakang pendidikan beliau di bidang kesehatan akan tetapi kemampuan promovendus saat menjabat sebagai Bupati Kulon Progo untuk menggerakan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai dorongan ideologis terutama dibidang vokasional, serta kemampuan kreatifitas dan inovasi promovendus yang cukup banyak dan memadai baik dari sisi kebermanfaatan maupun teknologinya telah memunculkan kinerja diri yang sangat luarbiasa.
Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai even pembangunan yang dilakukan oleh dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) semasa menjadi Bupati Kulon Progo menarik perhatian Program Studi Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana UNY. Penerapan teknologi dalam pemberdayaan masyarakat Kulon Progo sangat kental dengan muatan pendidikan vokasional. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan merupakan masalah penting bagi pimpinan daerah. Penerapan sains, teknologi, seni, budaya, dan rekayasa yang tepat menjadi penentu keberhasilan pimpinan daerah dalam membangun masyarakat yang dipimpinnya. Promovendus dalam membangun masyarakat Kulon Progo sejalan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 serta memperhatikan secara seksama adanya transformasi digital yang berlangsung di masyarakat.
Selama menjabat sebagai Bupati Kulon Progo periode 2011-2016 dan 2016-2019 prestasi yang pernah dicapai diantaranya meningkatkan kesejahteraan petani dengan mewajibkan PNS di Kulon Progo membeli beras dari petani setempat minimal 10 kg/bulan. Selain itu juga menginisiasi PDAM Kulon Progo untuk memproduksi air minum dalam kemasan karena melihat hamper semua kebutuhan masyarakat dalam setiap acara tidak merebus air sendiri melainkan membeli air minum dalam kemasan. Ada produksi teh dan kopi sendiri dengan berbagai merk dagang yang sudah dipatenkan. Sumber bahan baku dari Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo dengan luasan lahan teh sekitar 200ha. Batik Geblek Renteng telah membangkitkan geliat pengusaha batik dengan pangsa pasar siswa sekolah yang berjumlah sekitar 82.000, PNS 6.000, guru swasta dan perangkat desa 5.800, yang secara rutin mengenakan seragam batik dua kali seminggu. Selain itu dengan program kemitraan Hasto Wardoyo berhasil mentransformasi toko-toko modern di Kulon Progo yang semula milik segelintir waralaba berjejaring dialihkan menjadi milik koperasi masyarakat setempat dengan nama Tomira (Toko Milik Rakyat).
Kemandirian dan semangat untuk keluar dari kondisi keseharian yang kurang produktif sebagai bagian dari penerapan teori kritis dan kreatifitas di bidang vokasional, masyarakat di Kulon Progo mempunyai ungkapan kemandirian yang sangat dikenal dan dihayati untuk menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat yang produktif, ungkapan tersebut adalah “Bela dan Beli Kulon Progo”, Madep Mantep Mangan Pangane Dewe, Madep Mantep Ngombe Banyune Dewe, Madep Mantep Nganggo Klambine Dewe. (Dedy)